IMOOT 2014

“Here’s to the night we don’t remember with the friends we won’t forget,”

P.S: Ini panjang. Bacanya pelan-pelan aja sambil dihayatin sambil dibayangin sambil leyeh-leyeh santai gerakin kursor pakai jari kaki dan makan popcorn juga bisa. Hikmah serta pesan moral cerita bisa didapat jika membaca hingga paragraf terakhir (lu kate legenda Malin Kundang, pesan moral). Penulis tidak bertanggungjawab atas kegilaan yang ditimbulkan setelah membaca. Peace out!

Terkadang gue bingung mau mulai cerita dari mana. Tapi gue juga gamau memulainya dengan sesuatu yang melow hehe. Ini salah satu momen terbaik gue selama kuliah dan gue baru sempat untuk cerita ini di blog setelah hampir 2 tahun lamanya. Geez! I am so long for them. Gue masih ingat bagaimana hari-hari itu dipenuhi dengan hujan sorenya Semarang, playlist lagu yang selalu kita putar saat ngeberkas, mulai dari Tulus, Zedd, Christina Aguilera and yes, gue selalu merasa sedang ngetim imoot saat mendengarkan Sewindu-nya Tulus, Find You-nya Zedd, ataupun Feel This Moment-nya Christina Aguilera. Kadang kalau udah kangen, buat gue pengin gigit aspal saking kangennya. So here comes the story…

Gue inget banget-bangetan, itu minggu pertama kuliah, ada selebaran pendaftaran lomba Imoot yang disebar. Dan pikiran pertama gue adalah, “I’m not into this”. Dan entah bagaimana 3 hari kemudian, Maria dan Lenni, my two besties, menawarkan lomba ini dan menuliskan nama gue. There I said. Cuma sesederhana itu awal gue ikutan Imoot. Tanpa niat apa-apa.

Selang beberapa hari kemudian, kita pun mengadakan kumpul perdana. Terdiri dari 16 orang. Yaitu, Martin, Agung, Maria, Lenni, Tondy, Tania, Kevin, Arif, Nicolas, Fara, Mega, Alwi, Juita, Kholif, dan Adry. Kalau harus flashback di saat pertama kali ngumpul, gue jadi senyum senyum sendiri. Gimana ga kocak. Kita kira Imoot itu adalah lomba drama sidang. Sidang hakim, jaksa, pengacara gitu. Jadi hanya sekadar acting layaknya drama. Dan di pertemuan awal itu kita udah excited banget. Dan, people, ingatan gue sangat lekat pada hal-hal kecil, sekecil semut sekalipun, hehe gading. Jadi, gue ingat banget di hari pertama ngumpul itu, Martin bilang, “ya bisalah kita juara satu”. Dan kita semua pun mengamini dengan pikiran serentak, “ini hanya drama”. Oh, what a wonderful day it was.

Setelah pematerian awal, akhirnya kita diberitahu oleh panitia, jika setiap kelompok akan diberi 2 kakak pembimbing kelompok atau biasa disebut bimpok. Bimpok adalah sebutan untuk kakak pembimbing tim Imoot ini yang akan mengajari semua-semuanya tentang peradilan semu. Syarat jadi bimpok adalah harus pernah MCC sebelumnya. Apa itu MCC? Next post yak wkwk. Satu-satu dulu. Thank, The Universe! Kita dapat bimpok yang sangat sangat baaaaaaaaik sekali! Meet them, pleaseKa Ismi Yulia Masfiani atau biasa dipanggil Kafia dan Ka Yasser Moammar Farachan atau biasa dipanggil Ka Yasser yang selanjutnya mereka berdua kita panggil dengan sebutan bunski dan aiski hehe.

20140927_130840

20141121_132322

Hari pertama ngetim, gue kaget. Lebih tepatnya kita semua sih. Kafia dan Ka Yasser nyuruh kita buat ngeresume 1 buku “Pidana 1” dalam 1 hari dan kemudian dipelajari lalu responsi, ditanya-tanya gitu. Buseeeet. Gue cengo. Ini apaan heheeee. Kok gini. Dan dengan innocent-nya gue tanya ke Kholif, “kok kita ga jadi latihan drama, Lif? Kok malah belajar buku ginian?” demiiiii gue selalu ngakak kalau inget jaman purba dahulu kala itu. Ternyataaaaa, yang namanya Imoot atau Internal Moot Court adalah sebuah kompetisi peradilan semu yang terdiri dari tahap ngeberkas, yaitu di mana kita membuat surat dakwaan, hingga putusan dari sebuah kasus yang dinamakan kasus posisi hingga kemudian menampilkannya dalam praktik sidang semu. Pematerian di awal seperti resume buku Pidana 1 maupun Pidana Lanjut adalah bentuk pemerataan awal sebagai basic untuk membuat berkas. Gue yakin sekarang semua mulut kalian yang lagi baca sedang membentuk huruf o sambil membatin, “ooooo gitu” eekkekeke iya jadi begitu. Kemudian, setelah selesai tahap pemberkasan awal sekitar sebulan penuh, barulah, dimulai yang namanya latihan sidang, mulai dari bagaimana kita membuka sidang, menampilkannya layaknya sidang beneran, dari pembacaan dakwaan hingga putusan oleh majelis hakim. Jadi, itu gaes yang dinamakan Imoot hehe.

Ngetim Imoot hari pertama, gue inget banget, ngetimnya dijadwalkan di U House 2, tapi berhubung udah keburu di-tag sama kelompok lain, akhirnya kita pindah ke ruang tamu di kostan gue. Dan, di hari pertama, bahkan baru sampai, baru ajaaaa, belom ada 5 menit, Mega, Kevin, dan beberapa anak cowo yang masih di luar, kena omel sama bapa tetangga masa gitu, maksudnya tetangga sebelah kostan gue gara-gara katanya suara kendaraan kita berisik. Buseeet itu orang sentimennya ngalah-ngalahin riweuhnya ibu ibu kompangan. Padahal kita ga berisik dah sumpeh, cuma dia aja yang kaga seneng huhu. Ga sekali gaes, di hari ke-3 dan ke-4 kan masih ngetim di kostan gue, well kita kena omel lagi juga, gegara ngetim sampai jam 11 malam. Padahal kita ga ribut-ribut amat, malah anteng soalnya lagi responsi. Kena omel lagi dah kita. Padahal sebenernya kita udah minta maaf dan mau nunjukkin surat izin latihan, tapi dianya aja yang recet. Bener-bener definisi “tetangga masa gitu” dunia nyata banget! Ini foto hari pertama ngetim wkwk.

20140922_215611

Minggu-minggu selanjutnya kita mulai hectic ngeberkas dan ngetimnya pun nomaden. Kadang di Rusunawa, kadang di kampus, kadang di U House 2, di mana-mana hatiku senang. Bahkan kita pernah ide buat ngetim di Susan Spa and Resort, dan akhirnya terwujud wkwkw (we went there, 5 0f us tapi ga ngeberkas, malah makan haha). And btw, di Rusunawa kalau ngetim juga ada batas waktunya kan, jadi kadang kita lanjut ngeberkas di kostan masing-masing atau lanjut di tempat lain. Ga kebayang dah. Dulu kaga terasa banget. Balik ngetim jam 11-an malem, terus bersih-bersih bentar, terus buat tugas kuliah kalau ada, terus tidur, terus besok balik kuliah, ngetim lagi. Tapi satu hal yang sebenernya gue bingungin, selama ngetim Imoot, gue bener-bener suka. I meant, I’m enjoying every little things dan segala proses yang ada di dalamnya. Dan orang-orangnya. Satu hal lagi sih yang gue bersyukur banget-bangetan. Kelompok kita itu apapun gimanapun ups downs mood anak-anaknya, kita tetep utuh dari awal ngetim sampai selesai ngetim. Berenam belas. Ga pernah ada yang keluar tim. Sedang kelompok lain, malah ada yang kurang anak timnya, terus ada yang keluar masuk tim juga. LOOK! I am so proud with my team! ekekeke.

20140926_202649

Pernah juga, pas lagi pembuktian akhir saat ngeberkas, Aposteriori (minus gue, karena gue lagi di Jakarta ikutan seminar lucu dan gue sampai sekarang masih merasa rugi karena gaikutan permberkasan akhir HUAAA) nginap di rumah Agung. Dari serpihan cerita yang gue terima, they had some fun di Rumah Agung. Ga tidur semalaman buat pembuktian panjang itu masuk kategori some fun buat kita wkwkw. Terus, katanya, di sana mereka juga ngasi surprise buat Kafia dan Maria yang ulangtahun pas tengah malem dengan berencana madamin lampu di ruang tamu, etapi malah padam seluruh bagian rumah Agung. Kocik ga siiiih dan gue sedih gabisa ikutaaaaaaaaaaaaan. Mau ngetim lagi mau ngetim Imoot lagiiiii!

20141012_003227

20141012_003357

Sampai sekarang, gue kadang suka iseng mikir, ga kebayang hidup gue kalau ga ikutan Imoot ini am truly blessed to have them in my life. Dan kadang suka kangen, and miss them af dan suka kesel sendiri sama waktu yang berlalu cepat. The heck what is that really 2 years ago? It feels like it was yesterday. 

page

20141016_013738

20140926_214306

Dan my favorite part adalah saat selesai ngeberkas yang melelahkan dan tebal itu, kita samasekali ga nyangka, ternyata Ka Fia dan Ka Yasser nyiapin surprise buat kita, anak-anak timnya. Gue inget banget, selesai ngeberkas, Ka Fia dan Ka Yasser dengan galaknya nyuruh kita langsung latihan sidang. Kita yang masih cengo dan gatau apa-apa hanya nurut dan mulai motong berkas, lalu mereka berdua ninggalin kita di tengah-tengah latihan. Dan pas balik-balik, bawa 1 baskom besar es krim dan kebayang dong, gimana kagetnya. Tania aja sampai nangis terharu wekekeke. Ternyata, udah jadi tradisi dalam latihan moot court di Pseudorechtspraak, setiap selesai ngeberkas, pasti ada yang namanya “Ice Cream Time” dilanjut dengan Karaokean kemudian makan di Kucingan Pak Gik yang terkenal yang cuma buka jam 12 malam itu. It was a great nite I couldn’t ask for more with my great family. Kalau bisa diulang, gue mau dah, mau banget untuk ngulang ngetim imoot 2014 pas jaman maba dulu. Kangen ngetim sama mereka. Kangen ngeberkas sampai malam, kangen latihan sidang, kangen semua-semuanyaaaaa wkwkwk.

20141017_222220

20141018_021859_LLS

20141018_012549

Btw, selain Imoot, jadi, gue, Maria, dan Lenni kebetulan kerajinan banget (ps: mereka berdua sih yang rajin, gue mah kaga wkwkw) sampai juga ikut lomba Debat Internal DLF 2014 di saat yang bersamaan dengan lomba Imoot. Kebayang ga sih, latihan imoot yang ga bisa diganggu harus dibagi dengan waktu latihan debat. Alhasil, kita cuma bisa latihan ngetim debat internal tiap hari Sabtu dan Minggu pagi dengan durasi sekitar 2 jam paling lama. Gils! Gue ga ngerti lagi kenapa kita dulu bisa ikut 2 lomba sekaligus. The day was there! Saat yang ditunggu tiba. Seminggu sebelum lomba Imoot, kita harus lomba debat. Di malam harinya, sehari sebelum lomba debat, kita minta izin ke anak-anak tim imoot kalau kita gabisa ikut latihan imoot pada malam itu karena harus menyiapkan diri untuk lomba debat internal keesokan harinya. Gileeee, kita hampir ga dapat izin dari anak-anak. Walaupun pada akhirnya diizinin dengan berat hati. Wwkwkwkw. Belum selesai sampai di sana. Tapi gue cepetin aja langsung ke intinya, mulailah kita lomba debat. Dimulai dari tahap penyisihan, semifinal, kemudian pengumuman yang menentukan apakah kita maju ke final atau engga.

Gue samasekali ga berharap banyak. Terbersit pun engga. Dan, jeng jeng jeng, itu beneran gasih, masa iya kita masuk final? Gue antara seneng dan ga percaya. Gimana ya, kebayang banget kan muka gue gimana saat itu? Ekspresi muka maba yang seneng aja pokoknya, lomba-lomba kayak gitu. Wah, langsung dah, kita gas, persiapan buat final keesokan harinya daaaaaan, kita ternyata apa saudara-saudara? Menyiapkan diri buat final? SALAAAAAH. Hahahaha! Kita malah ketiduran!!!! Kita samasekali ga nyiapin mosi buat final. Kita bertiga ketiduran di kamar gue dan baru kebangun jam 4 pagi dan kita langsung ngebut cari materi persiapan buat final jam 8 pagi. Gue ga ngerti kita kenapa bisa kayak gitu.

Tapi, yang sampai sekarang gue masih ga paham, kita santai banget dan tetap woles cobaaaaaaaa. Bayanginnn. Jam 8 pun tiba. Kita berhadapan dengan tim lawan yang kayaknya siap dan mateng banget. Ya Tuhaaaan. Kita cuma berdoa dan nyengir. Bayangin. Nyengir! Terlalu dibawa santai ya jadi gini. wkwkwkwkw. Intinya, kita menyelesaikan debat final. Pas pengumuman, alhamdulillaaaaaaah! Juara? IYAAAAA. Haha. Juara 1? ENGGAAAAAA wkwkwk. Juara 2 tapi kita udah seneng bangeeeeet! Dapet piala, dapet uang tunai, dapet sertifikat, sumpah kita seneng banget. Piala pertama di FH selama 3 bulan pertama menjadi maba wkwkwkw. Akhirnya, sebelum balik untuk ngetim latihan Imoot, kita beli 2 lusin donut J.Co untuk dibawa ke tim sekalian syukuran. Dan pas kita ngetim Imoot, yang lain pada seneng banget lihat piala yang kita bawa. Menjadi semangat baru untuk mereka. Terlebih saat Ka Yasser bilang begini, gue masih inget banget, “Nih, Maria, Lenni, Reta udah bisa dapet piala. Kalian minggu depan juga harus bisa angkat piala kayak mereka,” Mantap emang aiski! Dan dengan kekuatan angin, wkwkwk gading canda, dengan kekuatan ajaib kita selama seminggu terakhir latihan sidang, latihan dengan sungguh-sungguh dan semangat. Yang gue ceritain ini, mungkin hanya sebagian kecil dari kebahagiaan sejati yang gue dapatin di semester pertama menjadi mahasiswa FH Undip yang coba gue rangkai lewat bait tulisan di blog lucu ini. But, if you really want to know, to be honest, I am the happiest person on Earth for having this great super duper great experience. 

20141116_161917

Back to Imoot, selurus dan semulus itukah perjalanan ngetim imoot kita? Engga :”))))) ada forum kocik gitu, ada slek slek lucu gitu yang kalau di-flashback sekarang, respon kita pasti cuma ketawa-ketawa dan bahkan kita gatau kenapa dulu bisa berantem kocik kayak gitu. Intinya setelah forum, kita bener-bener plong kayak mulai dari awal lagi. We were so innocent and selfish and annoying and stubborn that time. Tapi dari situ setelah hari itu, baru dah kayak ga ada sekat lagi yang membatasi kita dan kita jadi diri kita yang sebenernya. I love them to the moon and Mars and back. Kocak dah pokoknya. Kooocak. It was a little bit about forum gaes wkwkw. Gue juga masih inget sampai sekarang, satu hal yang paling membekas dan berarti banget buat gue wkwkw, saat partner PH gue, Tondy, kasi cokelat, after forum. He is soooooo kind and gentle!<3

H-1 sidang penyisihan, malam harinya kita masih latihan di kampus sampai malam. Sidang baru dimulai. Belum lama. Paling-paling baru pembacaan keberatan oleh Penasihat Hukum. Fara, panitera kita, tetiba keliatan engap-engapan narik napas di sudut persis sebelah hakim anggota 1. Kita rada panik. Gue sih yang pertama kali liat mukanya yang bener-bener kayak gakuat lagi mau napas ampe tarik napas aja susah gitu. Dan benar saja, selang beberapa detik kemudian, Fara langsung ambruk ke lantai dan kita langsung panik. Sidang bubar dan hujanpun turun dengan derasnya (pas banget emang langit Semarang mendukung suasana scene Fara pingsan, untung kaga ada petir yang menyala-nyala). Fara kemudian dipapah untuk dibawa ke klinik terdekat. Ka Yasser dan Kafia turut mengantarkan Fara. Lalu Ka Yasser memerintahkan sisanya untuk kembali ke kostan masing-masing dan istirahat. The point is kita ga pernah menyelesaikan latihan sidang terakhir kita malam itu hingga benar-benar selesai, karena Fara collapse ekeke. Gue, Martin dan Agung bertiga di malam itu ngumpul di kostan gue, kita makan bakmi goreng super pedes dan ngelanggar pantangan makanan yang padahal udah disepakati demi menjaga suara sebelum sidang (kita makannya diem-diem supaya ga ketahuan. Ups. I’m telling you now wkwkw). Enak ndes bakminya. Btw, talking about Fara, gatau kenapa selalu ada yang lucu aja. Pernah juga suatu ketika, entah di malam ke berapa latihan sidang, Fara di tengah tengah persidangan sedang berlangsung, di tengah pembuktian lebih tepatnya, teriak kencang banget. “INNALILLAHI. INNALILLAHI!” Sontak kita semua langsung kaaaaget! “Fara kenapa? Fara kenapa?” kita semua langsung tertuju pada Fara. Terus Fara dengan suara sengaunya itu menjawab, “Aku dipipisin kelelawaaaaaaar” dan kita semua langsung ketawa keras banget ampe menggelegar sampai cape ketawa. And yes HAHAHAHA tepat di atas Fara, ada kelelawar yang ngejugruk santai di loteng kantin FH.

Hari yang dinanti tiba. Yaa ampun demi apa, kita akhirnya sidang. Sidaaaaaang! Btw, penentuan juara di lomba Imoot ini akumulasi dari nilai berkas yang udah kita buat dan nilai sidang yang ditampilkan. Sidang. Ntah kita yang memang sudang nothing to lose sejak awal, tapi gue merasa, sidang yang ditampilkan pas hari H adalah sidang kita yang paling bagus dari latihan sebelumnya. Bahkan saat latihan gue ga pernah merasa sebagus dan serapi itu sidangnya. The power of Hari H banget kan wkwkwkw. Thank the Universe. 

qq

20141122_134433

20141122_133132-1

20141122_145002

20141122_145417

Tapi, sadly, kita gabisa dapat nilai 100 untuk ketepatan waktu sidang. Kenapa? Karena, waktu sidang kita kurang dari 83 menit. Sehingga nilai ketepatan waktu sidang kita hanya 75 poin. Dan inilah penyebab gue nangis setelah selesai sidang. Di saat yang lain bilang “gapapa, Ret,” dan tetap optimis, gue masih ga bisa berhenti nangis. Sedih aja rasanya gabisa dapet poin 100 untuk ketepatan waktu sidang. Dan ini yang gue kesel adalah, pengumuman masuk final atau engga itu baru diumumin setelah selesai Technical Meeting jam 11-12 malam. Dan setelah sidang, kita makan bareng, mencoba pasrah apapun hasilnya, kita yakin sudah menampilan yang terbaik.

20141122_151604

20141122_150938

20141122_151231

Sambil nunggu jam 11 malam, kita berkumpul di kantin kampus. 1 hal yang gue pelajari dari Kafia dan Ka Yasser adalah mereka bimpok yang paling optimis sepanjang sejarah, yang selalu punya semangat positif. Bayangin, belum pengumuman masuk final atau engga, kita udah disuruh bawa laptop buat nyiapin presentasi untuk final sekalian latihan presentasi. They said, “kalian harus optimis, selangkah lebih maju. Ayo siapin presentasinya. Mau final kan?” Ah, yes! I love the way they spread “the spirit to win”. Dare to win.

Jam 11 malam pun tiba. Adry dan Mega yang ikut Technical Meeting, dateng dengan muka yang rgh annoying. You know, muka sedih yang gitu, muka lesu kayak ga masuk final. Dan feeling gue juga ga ketebak sih. “Udah, tutup aja laptopnya.” kata Adry. Gue bingung sih ya, antara lemes dan kesel juga. “Kita masuk final, kan?” tanya Tania memastikan. “Enggak,” jawab Mega. “Enggak salah lagi,” sambungnya cepat sembari menyunggingkan senyum tengilnya. Aaaaaaak! Seriously af? Kita kemudian langsung nyiapin buat presentasi untuk final. Sekitar jam 1 dini hari, kita istirahat. Besok paginya, eng ing eng. Kafia ngurusin kita-kita yang cewe. Yang cowo ngurusin diri sendiri dulu hehe. Tumben-tumbennya Kafia pokoknya nyuruh kita pakai pakaian yang rapi dan mesti dandan. It’s like, you know, gurls in Aposteriori (Ha, I haven’t said ya, our team name is Aposteriori) are kind of an extraordinary girls, simple, and so simple. Kebayang kan waktu Kafia maksa Lenni, Maria, Juita buat nge-curly rambutnya, atau saat maksa Maria yang gasuka dandan, pakai bedak, hehehe. Dan gue resenya bertanya, “kok kita dandan sih bunski? kalau nanti kelompok lain biasa aja gimana? kita heboh sendiri,” dan Kafia dengan sabarnya, “Looooh ini final loh. Gapapa. Fokus ke kelompok kita aja, ” kira-kira seperti itu kata Kafia 2 tahun lalu.

20141123_140040

Final moot 2014 adalah presentasi, seputar materi, seputar kasusnya, dan seputar Tanjung Priok serta sekitarnya. HEHE gading canda. (I know I am crunchy af). Intinya ga berasa dah. Kelar presentasi, adalah waktu makan siang. Dan kita makan dengan lahapnya, kayak ngga ada beban. Ya secara harfiah memang ga ada beban lagi sih, cuma tinggal nunggu hasilnya. Dan ada lagi nih, tentang Fara wkwkwkw (sorry Far) hahaha. Jadi, saat presentasi sedang berlangsung, Fara tetiba lagi dan lagi kaga bisa napas, sesak, pusing, puyeng, migrain, terhuyung-huyung, kepala berputar, berpusing-pusing, Gubernuran berasa mau runtuh dan sederet lainnya wkwkw gils kita langsung panik lagi. Sampai-sampai panitia langsung panik beli oksigen di luar komplek Gubernuran. Dan kemudian setelah didapat, Fara sedikit membaik dengan oksigen dan teh yang dikasi. WKWKwk.

But overall, I have to admit this, kalau rangkaian acara Imoot 2014 itu SERU. S-E-R-U. Penampilan hiburannya keren, dan remember “Ojek Payung Merah” anyone? Yang ada di Gubernuran pasti tahu. Dan juga, sebelum pengumuman, setiap tim diwajibkan menampilkan 1 penampilan. Apa aja. Bebas. Dan kelompok kita langsung grasa-grusu mengidekan konsep penampilan buat di depan. Nyanyi? Suara kita ga bagus. Nanti semuanya pada pulang. Nari? Kita bukan anak tari. Main alat musik? Apa lagi, nanti senarnya putus, tuts keyboard-nya lepas. Dan akhirnya, Tania, orang paling ide, menirukan persis pidato pelantikan presiden Obama, dan kita yang lainnya duduk memerhatikan, kemudian setelah selesai Tania menirukan pidato Obama, kita nyanyi. Gue lupa nyanyi apaaaa, tapi suara kita seketika menjadi satu kesatuan harmoni yang menentramkan (baca: memekakkan) telinga.

Ga berasa, udah hampir jam lima sore. Penampilan terakhir sebelum pengumuman pemenang dan penghargaan terbaik dibacakan. Mulai dari penghargaan Majelis Hakim Terbaik, Penuntut Umum Terbaik, Penasihat Hukum Terbaik, Berkas Terbaik, dan Penampilan Terbaik. Kita ga berharap banyak bahkan kita terkesan bener-bener nothing to lose. Itu keadaan yang ga bisa gue deskripsiin tapi intinya itu adalah saat di mana kita berada pada titik pasrah berharap saat kita yakin sudah menampilkan dan memberikan yang  terbaik selama hampir 2 bulan ngetim. Dan alhamdulillah, hehe kita meraih penghargaan “Majelis Hakim Terbaik” serta “Penuntut Umum Terbaik”. Sadly not for “Penasihat Hukum Terbaik” dan “Berkas Terbaik” BUT WE THANK GOD THO heheeee. Menyenangkan. That’s it! And to be honest, setelah itu gue sih lebih kayak “Yaaay! We’re the champion!” even saat itu belum pengumuman. Tapi kita udah sangat bersyukur untuk penghargaan yang diraih itu. Dan saat yang dinantikan pun tiba. Apa yang biasa aja coba? Kita bener-bener ga ada yang sadar satupun. Pengumuman juara 1 itu udah diumumin sepersekian detik yang lalu dan kita ngga ada yang sadar kalau MC nya tereak, “APOSTERIORI” saat ngumumin juara 1 sampai Ka Yasser orang yang pertama sadar, dan teriak dan loncat kesenengan baru kita semua sadar. Yaaay! Kita juara 1 wkwkw. Ga terduga banget sumfaaaaah.

20141123_170812

Langsung deh, di situ gue cukup terharu. Sangat terharu malah. Titel juara itu bagai penawar lelah kita selama hampir 2 bulan ngetim, pulang malam, ngerjain berkas, latihan sidang puluhan kali, dan well, thank, God! Hehe. Kita merayakan dengan euforia secukupnya wkwkwkw berhubung udah hampir jam 6 dan kita harus meninggalkan Gubernuran. Setelahnya, selepas sholat Maghrib, we had dinner at Warung Penyet Masboy Pleburan dan setelahnya apa coba, guess what, kita langsung foto studio di Jonas Photo. Ohhhh baru dah kita semua ngerti kenapa Kafia nyuruh dandan nyuruh rapi supaya kalau kalau kita menang, bisa ready to take some photos hehe. Mumpung masih lengkap dan belum sibuk sama kegiatan lainnya juga. Jadi dah, kita foto studio.

003679 8R

Ohiyaaaa!!! Ada satu lagi yang ketinggalan. Beberapa bulan setelah Imoot, tepatnya di awal 2015, gue lagi duduk duduk lucu sama beberapa senior Pseudo. Kita lagi flashback bicarain rangkaian Imoot 2014 sampai salah satu di antara mereka cerita, gue lupa, kalau ga salah Ka Roy Oscar sama siapa gitu, nyeletuk, “WAH IYAAAA! Inget kaga sih lu pada, dulu gue sampai lari kocar kacir buat nyari oksigen. Tinggal nyebrang doang. Kaga bisa, mesti muterin lampu merah yang panjang naujubile. Bener-bener dah tuh yang engap-engapan butuh oksigen buat kerjaan gue,” WKWKWKKW dan dengan berseru riang, “Itu FARAAAAA!” dan kita semua langsung ketawa ngakak lagi wkwkwkwkkwkwkw.

What’s the point? I am feeling grateful to have them, to work with them, to share laugh, food, day to day in the last 2 months with them. And now longin for them so badly. I wish I could turn back the time to 2 years ago. Longin for 2014 tho. Dan lihatlah sekarang setelah 2 tahun Imoot, growing up happens. I’ve found that growing up can mean a lot of things. Dan I do really have to admit this one, kalau gue sangat-sangat bangga dengan apa yang masing-masing kita capai saat ini. Semua anggota Aposteriori yang menurut gue really being “somebody”. We are doing a lot of great things di berbagai UPK masing-masing, di BEM, di Senat, di kompetisi lainnya dan di berbagai kepanitiaan di FH bahkan luar FH. Kalau sekarang ketemu memang harus atur waktu dikarenakan kesibukan masing-masing, tapi sekalinya ketemu bener-bener definisi “quality time” banget dan kita pasti cerita satu sama lain saling dengerin cerita tentang apa aja yang kita buat, kesibukan masing-masing, curhat, minta solusi. Pokoknya bener-bener “quality time” dan itu ga kenal jam. Kadang di kampus, kadang tengah malam, di mana aja tiap ada kesempatan. Tuh kan sedih gue ngetiknya. Kangen. Seneng. Terharu. Dan yang bisa gue ucapin sekarang adalah, “terimakasih Ya Tuhan, kau beri aku keluarga kecil ini, pengalaman ini, pengetahuan ini, dan pendewasaan ini,”. I am so glad God put them in my life. So lucky and blessed to have such amazing people like them in my life. IMOOT 2014 and yes Internal Debate such a great experience fo me. 

Berikut di bawah ini ada sedikit kepingan kenangan terindah (bukan lagu Samson) yang mungkin bisa menjelaskan seperti apa species Aposteriori itu. PS: screen hitam yang terdapat di video adalah bentuk black screen akibat chaos pengeditan di tengah malam. Kesalahan bukan terletak pada layar kaca pembaca.

Happy watching!

Live as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever. -Mahatma Gandhi

 

Best Regards,

Reta Riayu Putri.

Me Revoilà

CoffeeCake1

 

Me revoilà!! I am back everyone! So sorry for taking such a long long nap. Geez! It feels like I didn’t blog for a thousand years. I can’t even remember what was my last post about. Intinya, sekarang di bulan Mei 2016 ini, I’m going to write all about my college life, started from September 2014 to Mei 2016. I hate to see how time goes by that fast. Sebenernya bukan saking sibuknya, sampai ngga sempet ngeblog, hanya saja, ngumpulin niat untuk ngeblognya itu yang susah naudjubillah. Now, I’ve finally got that kind of “true blogger that loves to blog” mood. Enjoy it, people!

I Was Just…

I was just another promise that you couldn’t keep. People ask me why is it so hard to trust people. I shuda ask ’em why is it so hard to keep a promise. I don’t even feel like a “friend” to some people. I feel more like an option or someone they run to when they need something. It’s funny to see people change and promises are broken. Not only once, but for many times. It’s like one lie can ruin a thousand truths. You might see, my mouth says “I’m ok”, my fingers text “I’m fine” but my heart says “I’m broken”. I shuda know that humans are fragile creatures made up of broken hearts and broken promises. I tried a thousand times to trust but it seems now that I’m done trying. I’m just tired. My mistake was putting too much trust in you. I should’ve known better. And I’m sorry, I thought you meant what you promised. Silly me. Promises mean everything but after they are broken, sorry means nothing. And you just did one thing that you promised not to.

That “Siapa Namanya” Thingy

Ga ngerti juga kenapa. I’m not that type of baper ppl, tapi untuk yang satu ini, I’m definitely cannot to not baper. Gue ga pernah baper untuk hal apapun. Tapi yang satu ini, I just can’t deal with it. Dari dulu, I do really hate it. Gue paling benci sebenci-bencinya tiap orang yang kenal/tahu gue, setiap mau manggil nama gue pas mau bicara selalu bilang, “ah, siapa namanya?” or “duh, siapa namanya?” which is dia kenal dan tahu nama gue. Ngerti maksud gue ngga sih? Misal, “eh aduh, siapa namanya, Ta, Retaaa, lo jadi pergi” atau “duh, aduh, lupa gue, siapa namanya… nah iya Reta….”. Dih, demi dewa Zeus dan Hermes, gue benci banget sama orang kayak gini. Dan kalau lo bilang ke gua kayak gitu atau manggil gue kayak gitu, then see, mood gue bakal langsung berantakan. Jadi plis plis plissss, jangan manggil gue dengan awalan, “siapa namanya?” atau lebih baik diam aja, and do not talk to me that way, because I’m that type of baper person for this ‘siapa namanya’ thingyI got a reason about it that I can’t tell you. So, please!:)

A New Beginning?

Hai! Aloha! Ohayou! Aha!

Duh, paansih haha. Hai, kali ini gue mau cerita tentang kerasnya hidup. Errr, enggalah haha. Duh, kebanyakan haha-hihi nih. Cut! Ok, ini serius. I’d like to tell you about my story. It’s all about how to live in the middle of dinosaurs. Aheyy gue ngomong paansih, ngelantur lagi. Ok ok jangan marah dulu dong. Kali ini serius.

Hai, buat kalian semua yang udah berhasil nemuin posting-an ini gue ucapkan selamat. Kenapa? Nggak kenapa-kenapa sih. Ok, lanjut. Buat kalian yang sekarang sedang duduk di kelas 12 dan bingung menetapkan pillihan hati aka pillihan PTN ke jenjang selanjutnya, bisa baca ini buat nenangin diri sejenak. Yep, intro gue udah ngalah-ngalahin panjang pidatonya presiden belom? PS: Sediakan waktu yang panjang ya untuk membaca tulisan ini. Panjaaaaaang banget soalnya. Tapi lo nggak bakal rugi kok kalau baca ini hehe.

PTN? Siapa sih yang ngga tahu dan ngga mau masuk PTN. Ya, Perguruan Tinggi Negeri ini mempunyai kegengsian tersendiri di kalangan pelajar kita. Sigh. Walaupun gue ngga sepenuhnya setuju juga sih. Sip, baca sampai akhir dulu ya baru komentar heheyyy. Di sini gue bakal cerita, sebut saja namanya ‘perjuangan’ mendapatkan PTN itu dari awal hehe.

1. Penjurusan SMA

Kala itu…. di saat gue lagi sibuk-sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi UN, gue sebenernya masih galau maksimal mau lanjut kuliah di mana setelah lulus SMA dan sebanyak-banyak itu fakultas di dunia perkuliahan, gue juga tetap bingung mau menggeluti yang mana satu di kuliah nanti. Gue liat satu-satu nama-nama fakultas dari jurusan IPA, sesuai dengan jurusan gue di SMA. Ya lo pada tahu sendiri kan, dari jurusan IPA, ada segala macam perteknikan, ada juga kedokteran, ilkom, intinya bisa jadi dokter, arsitek, dan bisa juga berkecimpung di dunia perminyakan, pertambangan, perkapalan, dan sederet pekerjaan berbau sains lainnya. Tapi, dari semua itu, ngga ada satupun yang menarik hati gue.

Kalau melihat kesukaan gue atau kelebihan gue sendiri, bukan bermaksud apa, tapi realistis aja, gue lebih suka ke hal-hal yang bersifat hapalan, gue juga sering ikut lomba yang berbau sastra seperti lomba tulis surat terbuka untuk presiden tingkat nasional, bukan ya lomba olimpiade sains seperti halnya temen-temen gue yang lain dari jurusan IPA. Tapi, jika melihat indeks prestasi gue atau nilai-nilai gue di raport, juga ngga jelek-jelek amat kemampuan gue di IPA. Selalu masuk 10 besar dari kelas 10 sampai 12 menurut gue udah luar biasa baik, kan? Jadi, menurut gue, selain bisa ngikutin di IPA, gue juga suka sama pelajarannya seperti kimia, fisika, biologi, tapi gue samasekali nggak punya passion ke sana. Nah, ini inti semuanya dari awal. Gue sukaaaa banget sama itu pelajaran IPA, gue ikutin dengan baik, nilai raport bagus, ranking 10 besar juga di kelas, tapi samasekali ngga ada passion ke sana untuk lebih lanjutnya. Di mana akhirnya gue bisa menarik satu kesimpulan:  All you need is passion.

Pasti kalian semua daritadi bertanya-tanya bukan, “Loh, kalau nggak ada passion ke IPA, kenapa pilih itu? Kenapa nggak pilih IPS pas penjurusan di SMA?”. Hihiy, gue juga rada bingung nih. Pas ada penjurusan di akhir kelas 10, gue liat nilai rapor gue, dan nilai pelajaran IPA sama IPS gue hampir seimbang, walaupun lebih besar sedikit ke IPA, tapi cuma beda dikit aja. Dan gue bingung lagi. Duh, kenapa harus ada penjurusan sih, pikir gue waktu itu. Kenapa ngga digabung aja pelajaran IPA dan IPS-nya tanpa ada penjurusan. Yeahhh itu pikiran gue waktu itu. Ndablek emang, kalau kata temen gue. Haha, secara gue masih polos banget waktu itu. Jadilah gue bingung. IPA, IPS, IPA, IPS. Dag, dig, dug, dag, dig, dug, darrr! Akhirnya gue menetapkan pilihan di jurusan IPA. Faktanya, hidup nggak semulus itu bro haha, nggak asal masuk IPA ternyata, ada tes penjurusan IPA nya juga. Jadi, kalau kita berhasil lalui tes itu kita bisa masuk IPA, kalau engga, kita otomatis masuk di kelas IPS. Gue inget banget tes itu hari Senin, gue masuk ke ruang tes tanpa persiapan apa-apa, secara hari Minggunya kemarin gue malah ke tokobuku beli novel dan novel marathon sampai malam. Jadi intinya gue ngga ada belajar samasekali buat tes penjurusan itu. Akhirnya, gue jawab semampu gue, lumayanlah. Dari 10 soal esai gue cuma kosong 4, dan yang kosong itu soal fisika HAHAHA. Pas pengumuman, gue udah ngerasa kalau gue bakal masuk di kelas IPA dan ternyata memang benar. Nah, jadi kalau kalian semua bertanya-tanya, intinya gue suka dua-duanya pelajaran itu, baik IPA ataupun IPS. Aneh, kan? Tapi bagi kalian semua, sebaiknya pikirkan baik-baik, mau di IPA atau IPS, pilih berdasarkan hati nurani dan kemampuan diri, temukan passion kalian, lebih minat ke mana, Jangan ngga ber-passion kayak gue heheh. IPA-IPS sama-sama bagus dan menyenangkan kok. Percaya sama gue. Jangan ikut-ikut orang lain aja intinya, juga jangan gengsi atau apalah itu yang nggak penting. Understood?

2 tahun berlalu cepat. 2 tahun gue di kelas IPA yang lumayan menyenangkan kalau mengingat tugasnya yang bikin gue mimisan. Biologi, gue masih bisa ngandalin hapalan gue, secara gue memang suka ngapal. Kimia, gue paling suka praktikumnya yang menyenangkan, campur larutan ini campur larutan itu hahaha, yang nyebelin fisika aja kali ya, gue jaraaang banget ngerjain PR fisika. Gue hampir selalu ngerjain PR fisika di sekolah hehe jangan ditiru yaaa. Gue ngga pernah ngerti itu soal fisika memang beda sendiri atau apa, panjang kayak teks bahasa, itung sana itung sini, buat gue pengin gigit aspal. Tapi, gue berani taruhan dengan seluruh koleksi novel gue, catatan fisika gue di kelas pasti paling lengkap, paling rapi, dan paling berwarna hehehe, di sini gue boleh bangga. Gue selalu mencatat rapi-rapi apa yang ada di papan tulis dengan spidol warna-warni, jadi not too bad-lah. Begitu juga dengan catatan-catatan mapel lainnya, gue selalu catat dengan spidol warna-warni. Ada juga yang terakhir pelajaran matematika, gue sukaaaa banget sama gurunya, namanya Pak Sikkat, ini guru terganteng looooh hehe, mirip papanya Bella di film Twilight. Ingat, kan? Jadi tahu dong, gue selalu semangat ’45 pas pelajaran MTK. Tapi, ada satu momen di mana gue ketiduran di jam Pak Sikkat, mana gue duduk paling depan dan baru terbangun saat jam istirahat. Gue nggak tidur samasekali waktu itu malamnya, wajar kan gue ketiduran wkwk. Intinya, gue melewati 2 tahun gue di jurusan IPA dengan sukacita. Yeaaah anak teladan banget kan, kalau cabut tiap Jumat-Sabtu ke McD’s masih bisa dibilang teladan sih haha.

2. UN 2014

UN gue nyikapinnya dengan santai sih, atau terlampau santai hehe, kidding! Tipsnya nih, kita harus siapin itu dari jauh hari. Belajar dari jauh-jauh hari juga, dan jangan SKS, tau kan, sistem kebut semalam. Gue ngikutin semua ritual sebelum UN itu, tahu kan pemantapan di sekolah sampai sore, les sampai malam, buat PR sampai pagi, lalu sekolah lagi, begitu seterusnya. Tapi, terbayar kok. Hadapi UN dengan yakin intinya. Yeahhh, udah kayak M. Nuh aja gua.

Seminggu sebelum UN kalau menurut gue sih ngga perlu belajar lagi, ngga usah di-force. Percaya deh, semalas-malasnya lo pada, masa sih tiga tahun belajar ngga ada satupun yang nyangkut, ngerti kan maksud gue? Atau sekeras-kerasnya belajar, juga nggak bakal guna kalau lo ngga tawakal atau berdoa sama Tuhan. Jadi, udah, seminggu sebelum UN itu santai, ngga usah belajar terlalu keras, dan banyakin doa. Inget, jangan terlalu keras belajarnya. Santai and take it easy. Gue inget banget hari-hari gue seminggu sebelum UN dengan detail. Pulang sekolah jam 1, secara saat itu udah ngga ada pemantapan lagi aka minggu tenang, gue ngga langsung pulang. Setiap pulang sekolah, gue jalan entah itu nge-froyo di JCO, nonton film di XXI, beli seabrek novel di Gramedia, dan hal-hal lain yang gue sukai. Semuanya gue lakukan demi ngelepasin penatnya belajar selama ini. Refreshing sebelum UN ceritanya heheyy.

UN yang berlangsung selama 3 hari itu terasa berlalu dengan cepat. Gilaaa, 3 tahun ditentukan akhir dalam 3 hari, yeahh keren kagak sih sistem pendidikan kita (kill someone to blame please haha) dan sialnya, kita semua hampir seluruh pelajar di Indonesia yang ikut UN baru tahu di hari pertama UN, kalau ternyata UN SMA tahun 2014 ini menggunakan standar PISA internasional. KILL ME PLEASEEEE! Ya, mau gimana lagi, pasrah aja ye gak sih. Intinya, soal UN tahun 2014 itu bedaaaaaaaaaaaaaaaa jauh dibandingkan dengan UN tahun-tahun sebelumnya. Intinya, I did my best, let God do the rest.

Sambil menunggu UN, gue isi kegiatan gue dengan les di GO tersayang. Jaga-jaga, kalau gue ngga lulus SNMPTN (padahal gue yakin banget, gue nggak bakal lulus SNMPTN. Wondering why? Haha), gue harus ikut tes tertulis SBMPTN. Jadi, sambil uring-uringan nunggu hasil UN, gue bolak-balik ke-GO tiap hari dan fokus belajar buat SBMPTN.

Skip, langsung ke pengumuman UN aja ya. Hari itu tanggal 20 Mei 2014, bukan ya apa, gue yakin sih bakal lulus, tapi teteeep aja gue deg-degan. Tiba-tiba gue kepikiran, kemarin pas UN, gue isi nama nggak ya, duh tanggal lahirnya kemarin gue buat nggak ya di LJK, dan berbagai macam kekhawatiran tak berdasar lainnya. Akhirnya gue pasrah dan berharap yang terbaik. Pengumuman pun tiba. Alhamdulillah, gue lulus dengan nilai yang sangat baik menurut gue. Inget, definisi baik menurut gue jangan disamain sama baiknya peraih nilai UN SMA tertinggi di Indonesia ya wkwk.

Ini nilai UN gue yang “baik” itu:

Bahasa Indonesia   : 9.40
Bahasa Inggris         : 8.40
Matematika              : 7.75
Fisika                           : 8.50
Kimia                           : 9.50
Biologi                         : 8.25

3. SNMPTN 2014

SNMPTN pasti pada tahu kan. Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri ini memberikan keistimewaan buat seluruh pelajar di Indonesia untuk masuk PTN tanpa tes, melainkan hanya dengan nilai rapor. Kece badai ngga sih, maksud gue enak kan masuk tanpa perlu ikut tes? Tapi, kembali lagi, gue bingung, mau pilih apa  ya buat SNMPTN, akhirnya gue memantapkan untuk pilih jurusan di rumpun IPS. Gue udah konsultasi juga sebelumnya sama guru BK, bisa sih, pilih lintas jurusan (dari IPA pilih jurusan IPS), tapi kemungkinan diterimanya kecil. Gue udah tahu benar akan hal itu. Tapi, tetep gue pilih rumpun IPS. Nekat ye gue. Tapi prinsip gue ya itu, gue mau bener-bener dapat jurusan yang gue mau, bukan sekadar melihat kata LULUS di SNMPTN tapi lulus di prodi jurusan yang ngga gue pengin. Misal, gue ngerjain soal fisika setengah mati dan ngga pernah buat pr fisika sendiri di SMA, masa sih, demi sebuah kata “lulus” di SNMPTN, gue pilih jurusan fisika di kuliah. Yeeee, itu mah namanya bunuh diri. Jadi, gue tipe orang yang bakal memperjuangkan apa yang gue inginkan sampai dapat, oke, ngga sampai dapat juga sih, kalau misalnya Tuhan ngga berkehendak, at least, sampai gue berusaha semaksimal mungkin.

Pengumuman hasil SNMPTN pun tiba. 27 Mei 2014 itu ngga terlalu mendebarkan buat gue. Gue masukkan NISN plus tanggal lahir gue, kemudian mengklik “lihat hasil seleksi” and tadaaaaaa! Ini dia yang gue temuin.

SNMPTN 2014

Duh, itu mas SNMPTN tega amet sih, ya nolaknya, ngga pakai kata maaf lagi, wkwk. Gue pikir tulisannya bakal, “Maaf, Anda blablabla…” nyatanya langsung to the point hahaha. Sedih? Engga. Gue ngga merasa sedih samasekali. Gue sadar diri gue milih lintas jurusan jadi gue dari awal tahu bakal ngga diterima wkwk. Gue juga dari awal memang udah niatin mau ikut SBMPTN, lewat jalur tes tertulis, padahal itu belum pengumuman SNMPTN loh dan saat ngeliat warna merah di website itu pun gue cuma nyengir dan langsung teriak dalam hati, “Tunggu gue, SBMPTN!”

Tapi, ngga enaknya, gue sedikit merasa bersalah lihat mama-papa gue. Jadi, begini ceritanya, si mama pas lagi baca koran,

“Kak, liat deh, ini yang lulus SNMPTN namanya diumumin di koran juga,”

“Oh,”

“Loh, si anu lulus kak?”

“Iye tuh katanya,”

“Padahal si anu ranking-nya di bawah kamu ya,”

“Ya teruuus? SNMPTN itu kayak gambling mah, untung-untungan,”

Papa nimbrung….

“Coba kemarin kamu pilih jurusan yang memang untuk IPA, pasti kamu lulus SNMPTN,”

“Yaudahlah pa, SNMPTN doang ini. Nanti kakak lulus di SBMPTN kok,”

“Bukan gitu lho, ini soal kesempatan. Kamu ngga memanfaatkannya dengan baik. Nilai IPA kamu kan tinggi, coba kemarin kamu pilih jurusan farmasi, pasti lulus dah”

“Yaudah sih pa…”

“Kamu lucu juga sih. Papa kalau jadi panitia seleksi SNMPTN-nya juga bingung kali. Ini anak IPA pilih jurusan IPS, gimana mau diseleksi kalau ngga ada nilai IPS-nya,”

“Duhhh, udah deh pa…”

Terus mama berdeham, “Udah pa, kan masih ada SBMPTN,”. Naaaaaah bener tuh mama, paaaaaaa. Hhhhh, lo tau, pas mama-papa gue keluar, langsung gue simpan itu koran di tumpukan terbawah. Bikin rempong aja deh ye tuh koran haha. Sebenernya, gue samasekali ngga ada penyesalan, karena ngga lulus SNMPTN. Ngerti kan, dari awal gue pengin jurusan di rumpun IPS, jadi kemungkinan lulus SNMPTN itu keciiiiil banget. Makanya, dari awal gue belajar untuk persiapan SBMPTN dengan semangat.

Intinya teman-teman, pilihlah jurusan yang sesuai dengan passion kalian masing-masing. Jurusan di kuliah itu ada banyak kok. Ubah mindset kalian yang berpikiran kalau jurusan IPA harus jadi dokter. Please deh haha. Kecuali, passion kalian dari awal memang udah pengin jadi dokter, nah itu lain lagi. Jadi, bijaklah dalam memilih jurusan. Jangan ikut-ikutan aja intinya. Ya ampuuuuun, bijak kali gue.

4. SBMPTN 2014

Tau kan, SBMPTN, kependekan dari Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Bedanya, SBMPTN ini yang diseleksi nilai tes tertulis kita, sedangkan SNMPTN yang diseleksi tentu aja nilai rapor kita. Tapi, ngga sepenuhnya rapor juga, nilai rapor tinggi belum tentu masuk SNMPTN. Yehhh banyak nih yang ngalamin, tergantung fakultas dan prodi yangg kita pilih juga. Ibaratnya, SNMPTN itu kayak gambling, untung-untungan. Bedanya, kalau SBMPTN, samasekali ngga kayak gambling, SBMPTN kita bisa masuk di mana aja, kalau kita berusaha keras belajar dan ikutin tesnya baik-baik. Duh, bijak kali gue.

Di SBMPTN gue tetap ambil rumpun IPS, walaupun jurusan gue di SMA adalah IPA. Tapi, itu artinya, gue harus belajar pelajaran IPS mulai dari awal, beda dengan teman-teman gue yang memang jurusan IPS di SMA, mereka tinggal mengulang-ulang saja untuk tes SBMPTN, sedangkan gue harus belajar dari awal dan mengejar ketertinggalan gue.

Hari-hari sebelum tes SBMPTN, tempat ibadah gue yang semulanya di mall tiba-tiba berubah jadi di tempat bimbel tersayang, GO. Ngga enaknya selama intensif persiapan buat SBMPTN itu adalah, temen-temen lo yang lulus lewat SNMPTN pada sibuk ngajakin jalan, dan dengan “baiknya” gue menjawab, “katanya mau masuk PTN sama-sama, biarin gue belajar dulu ya buat SBMPTN,” you know, a nice way of saying, “Bitch, don’t disturb me!”

Gue berangkat ke GO jam 9 pagi dan pulang jam 9 malam. Bener-bener 12 jam. Tapi, biarpun harus belajar IPS dari awal, gue samasekali ngga keberatan loh. Malah gue seneng banget belajar IPS-nya. Materi yang bakal dipelajari di kelas les, udah gue baca di rumah, udah gue kerjain latihan soalnya. 150-an soal setiap hari gue sikat, yehahaha, gue terlampau girang bro. Rasanya seneng banget belajar IPS. Panggilan jiwa kali ya.

Setiap akhir pekan, GO selalu mengadakan Try Out simulasi SBMPTN, untuk menguji kemampuan dan kesiapan kita. Try Out pertama gue lumayanlah. Peringkat 31 dari ratusan peserta GO se-kota Batam. Menurut gue lumayan sih, udah ngalahin anak IPS aslinya yang di bawah gue. Inget, takaran lumayan gue dari IPA yang nyebrang ke IPS, ini beda sama lumayan jenis lainnya haha. Jadi, ya not too bad-lah.

TO-TO selanjutnya menunjukkan grafik yang semakin meningkat hingga peringkat TO gue bisa naik jadi 10 besar se-kota Batam.

Perjuangan itu akan terasa lebih manis jika kita bisa membalasnya dengan kata lulus di akhir lewat SBMPTN. Nama baik brooo ini, gengsi juga dipertaruhkan, tahukan, di Indonesia ini gengsi rada dinomorsatukan. Tapi bagus juga sih, menurut gue, dengan adanya gengsi itu kita jadi terpacu untuk berusaha keras mendapatkan yang kita inginkan tersebut.

Selama les intensif SBMPTN di GO, gue masuk kelas IPS, di sana, gue kenalan sama semua anak IPS yang baik-baik banget hehe. Ada Metha, Achyar, Yackub, Desy, Pipi, Idham, Erfan, dan masih banyak lagi. Tapi semua dari mereka mempunyai pertanyaan yang sama ke gue, “kok lo dari IPA pilih IPS?” errrrrrr, jadilah gue jelasin lagi dari awal, bahwa gue baru menyadari passion gue ke sini. Ngga ada kata terlambat kan kalau kita mau berusaha cikiciww, udah mirip om Mario Teguh belom sih gue.

Gue ikutin kelas intensif gue, mempersiapkan diri dengan matang menuju SBMPTN. Gue pelajari semuanya, sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi. Alhamdulillah, gue ngga nemuin kesulitan. Gue juga suka sama kondisi kelasnya yang kondusif dan semua temen-temen IPS gue yang ngedukung juga tentor-tentornya yang mendorong dengan berbagai motivasi. Hari tes SBMPTN pun kian dekat. Rasanya gue masih pengin belajar IPS lebih lama lagi, ketemu sama temen-temen IPS gue lagi, dan les sampai jam 9 malam lagi. Gue pengin lagi. Memory is cruel, isn’t it?

Selasa, 17 Juni 2014 pun tiba. Gue datang ke tempat tes dengan percaya diri setelah sebelumya sarapan di rumah. Inget teman-teman, sarapan itu penting. Apalagi jika kita akan mengikuti tes seperti itu. Serius deh. Soalnya, dulu gue pernah pas mau ujian, ngga sarapan, yeahhh selain jam yang berdetak, teriakan lapar perut gue juga ikut mengisi ruangan ujian. Sejak itu gue menanamkan prinsip sarapan itu penting.

Pengawas masuk dan tanpa ba-bi-bu lagi langsung bilang dengan, pardon my French, her arrogant ass, “lepaskan jam tangan kalian dan masukkan ke dalam tas di depan bersama papan ujian,” dan sumpah yaaa, gue bengong dengan kagetnya. Eh ini beneran nggak boleh pakai jam tangan ya ujiannya? Gue paniiik, gimana engga. Try Out biasa di GO aja gue pakai jam buat ngukur waktu pas buletin jawaban, apalagi iniiii, gue butuh banget dong gilaaaa. Ngga berhenti sampai situ, peraturan nggak boleh pakai papan ujian juga buat gue pengin gigit telinga pengawasnya, tapi yaaa mau gimana lagi, namanya juga peraturan. Mungkin, kalau pakai papan ujian, dikira bakal contekin selipan di sana, tapi gue ngga ngerti dengan aturan ngga boleh pakai jam tangan. Apaansih, takut ada yang pakai kalkulator di jam tangan? Ya di-check dong, atau buat peraturan, pakai jam tangan yang tidak ada kalkulatornya. Heloooo. Saat gue lagi ngedumel dengan pikiran gue sendiri, temen gue, di sebelah udah ngelapor sama pengawas di depan perihal papan, “Bu, tapi ini mejanya nggak rata, nggak bisa kalau nggak pakai papan,” dan dengan annoying-nya dia menjawab, “Saya tidak peduli. Itu memang aturan dari pusat,” dan gue makin bengong. Shiiiiit! Ngga bisa lebih bitchy lagi, ya. Karena ngga ada yang bisa dilakukan lagi, gue akhirnya berdoa, semoga kertas LJK gue ngga robek karena buletin di atas meja yang ngga datar dan reot itu.

Gue pun fokus untuk mulai ngerjain. Soal pertama yaitu TKPA aka Tes Kemampuan dan Potensi Akademik. Tes yang terdiri dari matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, kemampuan verbal, numeral, dan vigural dengan total 90 soal, masing-masing 15 soal. Gue skip soal MTK-nya (karena udah mual duluan liatnya plus, kebiasaan gue kalau ngga dapat di satu soal MTK, gue bakal nge-stuck di situ sampai waktu habis, makanya MTK gue skip dulu), dan dengan langkah pasti, gue langsung nyabet soal bahasa Indonesia dan bahasa Inggrisnya. Dilanjutkan dengan verbal, numeral, dan vigural. Kebetulan, temen gue dari IPA, Raysa Nick Valdo aka Ecak, ikut tes SBMPTN IPS juga, dan kebetulan lagi, kita satu ruangan dan dia duduk tepat di belakang gue. Ecak knows me so well, dia ngga berhenti-hentinya ngingatin gue dengan berbisik pelan takut ketauan pengawas, “Ret, buletin dulu, yang udah dijawab,” atau, “Ret, cepet buletinnya,” karena gue mungkin manusia paling lambat bulet-buletin LJK dan SBMPTN, walaupun lo bisa jawab semua soal tapi belum dipindahin ke LJK sampai waktu habis, say goodbye aeh, karena pengawas yang mirip Medusa itu ngga bakal biarin lo mindahin jawaban ke LJK kalau waktu udah habis, apapun alasannya. Kayak siput, gue buletin dengan sabarnya di waktu yang tersisa. Gue kadang kesel sendiri, kenapa gue bulet-buletin butuh waktu setahun ya Allah, hhh. Akhirnya, gue selesai juga. Thanks to Ecak!

Istirahat satu jam, gue sama temen gue yang lain duduk di depan kelas, buka buku, persiapan buat tes soshum selanjutnya sambil makan sandwich-nya Sari Roti yang disiapin mama tercinta. Gue udah cukup PD sih dengan perbekalan yang udah gue siapin selama ini, jadi gue tinggal ngulang-ngulang aja. Istirahat pun usai. Tes soshum pun dimulai. Jeng jeng! Inilah tes yang sesungguhnya. The real test yang menguji kemampuan IPS yang udah gue siapin kurang lebih selama sebulan. Gue buka lembar pertama, sejarah. Gue jawab 12 dari 15 soal. Lumayan, menurut gue. Lalu, geografi. Jawab 13 dari 15 soal. Lumayaaan. Lalu, sosiologi. Gue ngga berhenti bersyukur, alhamdulillah makasih ya Allah, gue bisa jawab semua soal sosiologi dengan yakin, dan yang terakhir adalah ekonomi. Sial, gue mati kutu di ekonomi. Gue cuma bisa jawab 8 soal dari 15. Rgghhhh, rada tricky memang ya ekonominya, menurut gue. Ngga tau gimana menurut anak IPS aslinya. Menurut gue yang dari IPA, rada susah sih ekonominya.

Ding! Waktu habis. Ok, di saat peserta yang lain pada ngumpul di depan kelas, membicarakan tes yang baru saja usai, gue milih langsung ke mobil, sengaja menghindari percakapan yang gue pikir malah bakal buat gue down. Gue cabut dari tempat tes itu, dan headed to Mega Mall. Yeeeah gue kagak langsung pulang ke rumah. Gue pengin refreshing bentar. Gue nonton tante Angelina Jolie di film Maleficent, dan entah kenapa gue enjoyed nontonnya, biasanya gue ngga suka film Disney berbau animasi gitu. Tapi yeudahlah ye, setelah itu, gue main di Timezone ampe boseeen. Lalu turun ke Hypermart, borong cokelat, abis itu duduk di JCO nikmatin frozen yoghurt kayak biasa, jam 8 malam, baru gue balik ke rumah, padahal tes SBMPTN tadi selesai jam 2 siang heheh.

Sisanya…. pasrah. Apapun yang diberikan, gue serahkan aja yang terbaik yang mana. I did my best, let God do the rest. Hasil SBMPTN diumumin masih satu bulan lagi. Gue sih ngga terlalu mikirin lagi. Apa yang terbaik aja pokoknya. Juga, saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, jadi agak ke-distract deh wkwk. Gue lebih milih fokus ke bulan Ramadhan, aciiik. Juga, ada satu kebiasaan baru gue selama nunggu SBMPTN sekalian juga nunggu waktu sahur, tiap malem gue selalu buka Instagram dan nge-scroll akun-akun online shop. Gue udah nahan-nahan, tapi tetep aja, mata ini selalu mengkhianati.

Duduk sepuluh menit, langsung datang tagihan ke mama Rp. 800.000-an. Iyeeee haha, hampir satu juta, iye gue tahu. Gimana lagi dong, dunia online shop itu kejam haha. Mama bertanya, “Kamu beli apa aja sih sebanyak itu, kak?” errrrr dan gue pun menjawab dengan kalemnya, “tas mah, buat kuliah nanti, itung-itung investasi…” yeaaah nge-bullshit amet ih.

Pengumuman SBMPTN pun tiba. Rabu, 16 Juli 2014. Deg deg deg. Gue liat jam. Udah jam 4 sore. Pengumuman kelulusan SBMPTN bakal diumumin jam 5 sore. Duh, gue mesti ngapain nunggu 1 jam, oke, gue mutusin buat tidur aja. Secara, gue belum tidur sebelumnya. 1 jam kemudian….

Gue kebangun jam 5 lewat 5. Gue lihat HP dan di situ ada banyak notifikasi dari grup, teman-teman gue yang lain yang udah ngecek dan dinyatakan lulus, gue pengin pingsan aja rasanya. Cepet-cepet gue buka web SBMPTN. Siaaaaal, loading-nya lama kali dan entah karena overload atau apa, gue sampai coba 3 kali, baru bisa kebuka. Dan hasilnya…

SBMPTN

Alhamdulillah, Ilmu Hukum UNDIP. Gue gemeteran pas baca itu dan sedikit sesi nangis, yeaaah I hate to admit tho. Gue ngga henti-hentinya bersyukur. Terimakasih ya Allah. Ini hadiah Ramadhan yang terindah, berhubung pas pengumuman saat itu sedang dalam suasana bulan Ramadhan. Akhirnya, perjuangan gue sampai lintas jurusan segala ngga sia-sia:”) Mimpi itu bukan sekadar angan kosong. Bismillah. Ini merupakan suatu awal baru untuk tahap selanjutnya. I’m a law student! Akhirnya gue nemuin passion gue, yang bener-bener gue ingin perjuangkan untuk ke depannya, semoga impian gue yang lain, seperti beasiswa S2 di luar (my first wish on the first Syawal with Fauzan Permana aka Ojan) bisa tercapai di tahun-tahun mendatang. Permudah untuk ke depannya, ya Rabb.

Menurut gue sih, inti dari semua hal yang kita jalani di dunia ini, harus didasarkan pada passion. Whatsoever deh orang lain mau bilang apa, atau apapun itulah yang ngga penting dan jangan pernah takut bermimpi, plisss deh mimpi ngga dibayar kok hee, jadi be yourself, do your best, and success will come to be yours. Tidak pernah ada kata terlambat. Juga, menurut gue pribadi sih, ngga masalah kuliah di manapun (ini masih sering banget jadi perdebatan usia tamat SMA dewasa ini), karena hey, itu bukan hal yang menjamin kesuksesan seseorang. Gue sendiri sih, tipe orang yang berpikiran terbuka. Banyak kok orang sukses dari berbagai almamater, baik negeri maupun swasta. Semua itu tergantung pribadinya masing-masing. Individu itu sendirilah yang berperan, bukan hanya nama besar almamaternya. Jadi, sejujurnya sih, gue rada ngga suka sama orang-orang yang terkadang merendahkan sekolah/perguruan tinggi swastaataupun sebaliknya. Sama bagusnyalah menurut gue, kan niatnya sama-sama bagus. Tinggal tergantung individunya aja ahelaaah. Soooo… lupakan itu, dude. Itu perdebatan seklasik “IPA atau IPS” jaman SMA, yang kalau kuliah menjadi “PTN atau PTS” dan plis deh ngga usah dengerin orang yang cuma bisa ngerendahin lo. Buang-buang waktu aja. Jadi, pilihan untuk sukses atau tidak, tegantung kepada kitanya sendiri.

Juga, jangan mudah menyerah dengan kegagalan-kegagalan yang ada. Jadikan itu suatu langkah awal ke depan untuk berusaha lebih baik dan keras menggapainya. Mana ada sih, orang sukses yang ngga pernah gagal? Atau kalaupun ada, itu beginner’s luck kaliii. Santai aja. Semua kerja keras dan usaha yang sungguh-sungguh itu hasilnya sepadan dengan yang kita usahakan kok. Dan, untuk sesama pejuang di luar sana, mimpilah setinggi-tingginya dan berusahalah sekeras-kerasnya. Tuhan juga ngga akan memberikan kenikmatan kepada umat-Nya yang tak mau berusaha, kan? Semangat, teman-teman! Semoga postingan ini dapat bermanfaat. Cheers!

Reta Riayu Putri

Desttencle

Tau nggak sih, ini post sok tegar gimana gitu. Buat gue pengin gigit aspal. Anw, gue nulis post ini di sela-sela waktu libur setelah kelulusan. Sediiiiih banget rasanya. Di saat gue bolak-balik ibadah ke mall, nonton film, beli buku, dan lain-lain, selalu ada waktu di malam hari di mana gue tiba-tiba nge-scroll galeri foto di HP dan flashback ke masa-masa sekolah dulu (yeeeah, kayak udah lama aja lulusnya, barusan aja padahal). Okay, it’s exaggerated. Tapi gue ga boong sumpah. Sedih banget rasanya, nggak ke sekolah lagi tiap pagi, ngga buat PR lagi, anw gue kangen loh buat pr fisika di sekolah tiap pagi. Kangen kebersamaannya maksudnya haha, walaupun itu tetap ngga boleh dicontoh heheh. Jadi, ini postingan buat mengenang masa-masa SMA gue yang asdfghjkl unyuh berat itu yeeeah. Udah kayak anak alay belom gua?

23

History

Desttencle itu nama dari kelas X-D (Sepuluh-D) tahun 2011/2012 SMAN 1 Batam. Nama yang unik, bukan? Gue berani jamin di dunia, cuma ada satu kata Desttencle, yaitu kelas ini. Desttencle merupakan singkatan dari Delta Best Ten Class Ever. Ini kelas yang paling berkesan menurut gue. Kekompakan kami teruji ketika awal masuk sekolah, saat masa MOS (Masa Orientasi Siswa). Hari-hari awal masuk SMA gue diawali di kelas ini. Mulai dari perkenalan satu sama lain, pas kita masih polos banget, polos unyu-unyu gitu dah haha nggala. MOS-nya berjalan lancar, biasa, mulai dari minta tandatangan kakak OSIS, bawa bekal berdasarkan kode, dan sebagainya. It was fun. Sampai suatu saat…

Jadi, di akhir minggu pertama, tepatnya di hari Sabtu, masing-masing kelas sepuluh diminta untuk menampilkan semacam pentas seni kecil, dengan maksud untuk saling mengenal antarkelas. Bisa apa aja, mulai dari nyanyi, dance, dll. Desttencle udah pada siap-siap nih, kita udah latihan dari hari sebelumnya, udah PD banget nget nget mau tampil, dan di atas panggung, rekaman kaset background pengiringnya macet. Panik. Itu satu kata yang muncul. Paniiik banget seriusan. Akhirnya secara spontan, Gilbert sama Risyad mimpin di depan dan kita nyanyi bareng-bareng diiringi gitar. Spontan lho, HAHAHA. Respect ga tuh wkwk. Ga jelek-jelek banget loh, kami PD banget malah nyanyinya, berasa kayak padus di Istana Negara.

School Days

60

Seperti anak normal tapi gila lainnya, keseharian kami dipenuhi dengan berbagai kegilaan. Ini gue kangen banget hari-hari itu. Tugas, anak-anak Desttencle, gue kangen semuanya tentang Desttencle. Kangen ngegosip, kangen bolosnya, kangen candaannya, kangen guru-gurunya, kangen tugas-tugasnya, kangen semuanya. Juga, kami beruntung banget dapat walikelas Mr. Africeli atau biasa disapa Sir. Celi. Pals, Sir. Celi ini orangnya dispilin banget, which is good. Kalau setiap ibadah pagi, terlambat 1 detik aja, lo bakal ngga boleh masuk. Disiplin itu bagus kan, dan gue termasuk orang yang menjunjung tinggi kedispilinan hihiy. Tapi, tetap, gue pernah terlambat ibadah pagi sebelum pelajaran. Ivo is the only one to blame. Gue satu jemputan sama tuh anak, dan dia ngaret jadinya, gue sama dia sampai di sekolah sekitar jam 7:05. Gue masih inget banget itu hari Selasa, dan gue kebagian jadwal piket hari Selasa. Tau ga sih, David, Desi Napouling, Ivo, yang juga piket hari Selasa pada datang telat semuanya hari itu. Alhasil, kelas kotor banget nget nget nget. Lengkap kagak sih, udah terlambat ibadah, ngga piket pula. Hiwww. Abis bro abis. Sir Celi keluar and started his speech from a to z. Gue pengin banget nginjak kaki Ivo saat itu juga. Kalau ngga gara-gara dia, pasti kagak bakal begini jadinya. Alhasil, akhirnya kami disuruh lari keliling lapangan cewek 3 kali putaran dan cowok 5 kali putaran. Gue keringetan kan, tapi Sir Celi kira gue nangis. Gue jadi pengin ketawa pas itu. Gue inget banget kata-kata Sir Celi hari itu. “If you didn’t want to clean the classroom up, BRING YOUR HOUSEKEEPER HERE,” Ngakak. Akhirnya, sampai sekarang, kalau ketemu gue, Sir Celi pasti bilang, “jangan nangis, Reta,” dan gue cuma bisa meringis wkwkw. Masih inget aja Sir Celi.Masih banyak lagi yang lain, tapi gue rasa kagak cukup nih halaman buat nulis semuanya. Here ‘some’ silly photos of us. Flashback, flashback. Kangen banget gue sama kelas ini. Desttencle :’)

40

39

46

48

1

2

4   7

8

10

11

12

13

14

17

18

19

21

22

24

25

26

27

31

34

36

41

30

43

44

45

37

29

33

42

32

50

51

52

53

54

55

56

57

62

63

65

66

47

“Today everything exists to end in a photograph” -SS

Ti amo, Desttencle. Always and forever.

Girls’ Day

Friday will always be my favorite day. I could smell the weekend coming. It smells good! And that day, we didn’t have class and got nothing to do but taking photos. Such a great day. Sorry, boys, girls could be crazy tho. So boo-yah! Cut!

1

2

3

4

5

6

7

8

12

13

14

15

24

25

26

27

28

29

30

Random Thoughts

I’d like to write. God! I mean it. It’s because I didn’t write for a long long time, I forgot how to write. And now, I just want to scream like a rocker, I really forgot the way to write. I mean, okay, it’s exaggerated but I really forgot how to write in my way. It’s strange, like a stranger forgot the way to home, huh. It’s like, I have thousand stories I’d like to tell, but I just don’t know where to start. Okay. I’m messed up. No, you don’t need to worry about me. I’m okay. My friends said I just need to take a deep breath -a nice way of saying that I have to go to somewhere to make my mind clear. I went to mall, buying some books, watching some movies at cinema, eating, sleeping, eating, and eating. Hell ya, too much eating. Fyi, I have read The Cuckoo’s Calling, a novel by Robert Galbraith aka J.K. Rowling. WHAT A GREAT CRIME FICTION NOVEL. I might write a review later. And, what’s next, ah ya, I just graduated from high school, of course and freaking excited to go to college. Again, I might write EVERYTHING before and after graduation. It’s like, for now, I just need to find my way to write. Gosh, I really forgot. This is surreal but it’s happening tho. Okay, actually, I really want to write a novel nor short story again but just don’t know what and where to start. I might post some photos, and another list to do. God! I got so much to do. I really need to go to find some inspiration before doing that. Well, I really messed up, think I need CocaCola. So, bye! Xoxo:)

Unrequited Case

large (1)

Everything just stopped. I’m nothing to you after all these years. I tried to ignore it. I kept telling myself to hold it but I just can’t. It feels like a suckerpunch every single time, and I never see it coming. Which makes the friendships that do hold out, the ones that make it through countless breakdowns and breakthroughs and changes and years, so damn important. I was the only one who did it. You’re the one who bring it down again and again.

I don’t want to talk about the things that happened, because that’s just that, it already happened. We can’t change it, we can’t fix it, it’s done, and it’s over. We can’t triumph over this. I cannot even begin to fathom how you can possibly justify… anything… that you’re currently doing or saying or thinking. I’m sorry that I can’t do anything right. I’m sorry that everything I touch lately seems to turn to shit. I’m sorry that I keep making these little mistakes that end up being a big deal. But mostly I’m sorry that I just don’t know how to fix this between us.

I’m turning into this hugely emotional mess over these mistakes I didn’t even know I was making and I’m tired. I don’t know how to stop my opposing-midas touch and I’m oh so tired of being this apparent screw up. It’s hard to admit the fact that you are gone and you’re not coming back. You got a new best friend. I’m just another your old friend. Popularity is everything to you. As you know, I’m just your old friend aka ex friend. We had our ups and downs, but this is the worse its ever gotten. Now, I would give everything I have to erase you from my mind, but I cannot. I like to think I’m stronger because of it, but I don’t know if that’s true. If anything, perhaps I’m just more heartless.

It’s been over a month now, and I’m still trying to figure out how I feel about everything. You’re no longer a part of my life, and that fact does indeed break my heart. I wouldn’t ever tell you that though. Not that I even have the option of being able to tell you anything, but even if I did, I would never.

I learned to put a smile on this face, and deal. Yes. Deal. I deal like a pro, I don’t need a stigma on my ass or back or my arms to tell anyone I am still here. I learned the grimace to make everyone think, hey hi. I don’t know what is wrong with me. I’m just so…tired all the time

Right now, I’m living in my darkest fear. My head hurts. I can’t stop the ringin in my ear. It feels like I’m crying blood instead of tears. All I feel is the pain. I’m dead inside. Dear, you there. It’s been a great 3 years, but it’s time to say goodbye. I never thought it would end like this. I think I have grown a bit as a person. I’m ok, I guess. I don’t care about your new friends, or your popularity. You’ll always be my bestfriend even I’m just an ex-friend to you.

Hours with Syndicate

Happy Hours, ROFL. Kamis, 26 Desember, secara tiba-tiba, Dmitri mengatakan di group Line Syndicate (IPA 5 SMAN 1 Batam), kira-kira isinya begini

We hari ini kita nonton Hours di Blitz Kepri Mall jam 13:40. Dateng ya

Unluckily, banyak yang nggak bisa, saat beberapa orang membalas,

Gabisa we maaf

Aku juga gak bisa we maaf

Nggak bisa juga

Gue jadi ragu mau ikut atau engga. Saat akhirnya, sekitar jam 12.30, barulah gue memutuskan untuk ikut nonton, daripada sendirian di rumah. Dengan segera, gue langsung byar byir byur ke kamar mandi, secara dari tadi seharian samasekali belum mandi. Gue jadi mikir, kalau misalnya Syndicate nggak ngajak jalan, mungkin gue nggak bakalan mandi seharian itu.

Tak lama kemudian, Mamah tercinta pulang dan bertanya keheranan,

“Kamu mau ke mana, Kak? Tumben mandi”

“Mau nonton sama anak kelas, Ma”

“Yaudah hati-hati, ya,”

Tak lama kemudian, Kopong pun tiba di depan rumah. She gemme a drive tho xoxo. Akhirnya, kami berdua segera meluncur ke Kepri Mall. Sesampainya di sana, ternyata yang lain sudah pada masuk ke dalam teater. Kemudian kami berdua langsung memesan tiket film Hours untuk row F seat 8 dan 9, sembari membeli popcorn dan coke, as always.

hours-movie-poster

Sesampainya di dalam, Paul Walker sedang kebingungan dengan pemadaman listrik yang menimpa rumah sakit yang merawat bayinya. Agak absurd sebenernya nonton film yang tokoh utamanya baru saja meninggal kemarin, tapi tak apalah. Mas Paulnya masih teteup ganteng kok di filmnya, walau agak creepy dan sedih juga sebenernya karena dia udah nggak ada. Ya sudahlah. Kamipun akhirnya menonton dengan hikmat.

Gue pun bertanya pada Ani di sela-sela film,

“Ni, anak kelas yang lain pada duduk di mana?”

“Nggak ada, Ret. Cuma deretan ini aja,”

“HAH?! Serius?”

“Iya, cuma kita berlapan aja,”

“Jadi cuma delapan orang aja yang ikut? Yang lainnya ke mana?”

“Pada nggak bisa,”

Film Hours ini pemerannya dikit banget, tapi filmnya lumayan dapetlah makna yang ingin disampaikannya. Tak lain, mengenai pengorbanan dan semangat pantang menyerah. Terbukti saat Paul Walker, yang baru saja ditinggal mati istrinya saat melahirkan bayi mereka, tetap bertahan di rumah sakit tanpa listrik selama 48 jam untuk menjaga bayinya yang masih berada dalam inkubator. Saat itu badai Katrina tengah menerjang wilayah Amerika. Hingga di akhir film, tim rescue akhirnya datang menyelamatkan Paul Walker beserta bayinya. Ngga tau deh itu bayi siapa di film Hours, tapi lucu amet. Seriusan.

Tanpa terasa, film berdurasi kurang dari dua jam itu usai. Apapun hasilnya, bagus ataupun buruk, kita akan selamanya selalu mengenang Hours sebagai film terkahir Paul Walker. Seperti yang kita tahu, aktor tampan pemeran polisi rahasia Brian O’connor dalam franchise aksi populer Fast & Furious ini tewas mengenaskan dalam kecelakaan lalu lintas tragis di awal Desember lalu. Sebuah berita sedih nan mengejutkan yang meninggalkan duka mendalam buat semua orang, tetapi ironisnya, secara tidak langsung juga menjadi sebuah marketing bagus buat Hours, sebuah drama thriller kecil berbudget minim yang mungkin berpotensi lebih banyak dilewatkannya jika saja Walker masih hidup.

Jam masih menunjukkan pukul empat kurang saat kami akhirnya keluar dari bioskop. Kami berdelapan, gue, Voni, Riani, Dmitri, Abid, Faizal, Luqman, dan Fauzan kehabisan ide mau ke mana selanjutnya. Hingga akhirnya kamipun sepakat ke Ocarina. Karena bingung mau ngapain, akhirnya kami berdelapan foto-foto sesekali diiringi celetukan Faizal yang selalu bikin kami sakit perut. We all died laughing. It’s fun. Tons of laughing. Love these guys.

Syndicate SMAN 1 Batam

M. Luqman Hidayat

Faizal Ibrahim

Riani Fitrahlia

M. Luqman Hidayat

SMAN 1 Batam

Dmitri Andriani, Riani Fitrhalia

Faizal Ibrahim

Dmitri Andriani, M. Luqman Hidayat, dan Riani Fitrahlia

Reta Riayu Putri, Riani Fitrahlia

Reta Riayu Putri, Riani Fitrahlia

Rama Fitria Revoni, Reta Riayu Putri

Faizal Ibrahim
OMFG Faizal

M. Luqman Hidayat, Riani Fitrahlia

Riani Fitrahlia, M. Luqman Hidayat

Dmitri Andriani

Riani Fitrahlia

Reta Riayu Putri, Dmitri Andriani

Dmitri Andriani, Riani Fitrahlia, M. Luqman Hidayat

Fauzan Permana Noor

Dmitri Andriani

Abid Affandi Wedatama, Reta Riayu Putri

Dmitri Andriani, Faizal Ibrahim

Reta Riayu Putri, Dmitri Andriani, Rama Fitria Revoni, Riani Fitrahlia

Reta Riayu Putri, Dmitri Andriani, Rama Fitria Revoni, Riani Fitrahlia

Faizal Ibrahim

Abid Affandi Wedatama, Reta Riayu Putri, Riani Fitrahlia, Rama Fitria Revoni, Dmitri Andriani, Faizal Ibrahim

Abid Affandi Wedatama, Reta Riayu Putri, Riani Fitrahlia, Rama Fitria Revoni, Dmitri Andriani, Faizal Ibrahim

Abid Affandi Wedatama, Reta Riayu Putri, Riani Fitrahlia, Rama Fitria Revoni, Dmitri Andriani, Faizal Ibrahim

Abid Affandi Wedatama, Reta Riayu Putri, Riani Fitrahlia, Rama Fitria Revoni, Dmitri Andriani, Faizal Ibrahim

IMG_8573

Riani Fitrahlia, Fauzan Permana Noor, Dmitri Andriani

Riani Fitrahlia, Fauzan Permana Noor, Dmitri Andriani