“Here’s to the night we don’t remember with the friends we won’t forget,”
P.S: Ini panjang. Bacanya pelan-pelan aja sambil dihayatin sambil dibayangin sambil leyeh-leyeh santai gerakin kursor pakai jari kaki dan makan popcorn juga bisa. Hikmah serta pesan moral cerita bisa didapat jika membaca hingga paragraf terakhir (lu kate legenda Malin Kundang, pesan moral). Penulis tidak bertanggungjawab atas kegilaan yang ditimbulkan setelah membaca. Peace out!
Terkadang gue bingung mau mulai cerita dari mana. Tapi gue juga gamau memulainya dengan sesuatu yang melow hehe. Ini salah satu momen terbaik gue selama kuliah dan gue baru sempat untuk cerita ini di blog setelah hampir 2 tahun lamanya. Geez! I am so long for them. Gue masih ingat bagaimana hari-hari itu dipenuhi dengan hujan sorenya Semarang, playlist lagu yang selalu kita putar saat ngeberkas, mulai dari Tulus, Zedd, Christina Aguilera and yes, gue selalu merasa sedang ngetim imoot saat mendengarkan Sewindu-nya Tulus, Find You-nya Zedd, ataupun Feel This Moment-nya Christina Aguilera. Kadang kalau udah kangen, buat gue pengin gigit aspal saking kangennya. So here comes the story…
Gue inget banget-bangetan, itu minggu pertama kuliah, ada selebaran pendaftaran lomba Imoot yang disebar. Dan pikiran pertama gue adalah, “I’m not into this”. Dan entah bagaimana 3 hari kemudian, Maria dan Lenni, my two besties, menawarkan lomba ini dan menuliskan nama gue. There I said. Cuma sesederhana itu awal gue ikutan Imoot. Tanpa niat apa-apa.
Selang beberapa hari kemudian, kita pun mengadakan kumpul perdana. Terdiri dari 16 orang. Yaitu, Martin, Agung, Maria, Lenni, Tondy, Tania, Kevin, Arif, Nicolas, Fara, Mega, Alwi, Juita, Kholif, dan Adry. Kalau harus flashback di saat pertama kali ngumpul, gue jadi senyum senyum sendiri. Gimana ga kocak. Kita kira Imoot itu adalah lomba drama sidang. Sidang hakim, jaksa, pengacara gitu. Jadi hanya sekadar acting layaknya drama. Dan di pertemuan awal itu kita udah excited banget. Dan, people, ingatan gue sangat lekat pada hal-hal kecil, sekecil semut sekalipun, hehe gading. Jadi, gue ingat banget di hari pertama ngumpul itu, Martin bilang, “ya bisalah kita juara satu”. Dan kita semua pun mengamini dengan pikiran serentak, “ini hanya drama”. Oh, what a wonderful day it was.
Setelah pematerian awal, akhirnya kita diberitahu oleh panitia, jika setiap kelompok akan diberi 2 kakak pembimbing kelompok atau biasa disebut bimpok. Bimpok adalah sebutan untuk kakak pembimbing tim Imoot ini yang akan mengajari semua-semuanya tentang peradilan semu. Syarat jadi bimpok adalah harus pernah MCC sebelumnya. Apa itu MCC? Next post yak wkwk. Satu-satu dulu. Thank, The Universe! Kita dapat bimpok yang sangat sangat baaaaaaaaik sekali! Meet them, please. Ka Ismi Yulia Masfiani atau biasa dipanggil Kafia dan Ka Yasser Moammar Farachan atau biasa dipanggil Ka Yasser yang selanjutnya mereka berdua kita panggil dengan sebutan bunski dan aiski hehe.
Hari pertama ngetim, gue kaget. Lebih tepatnya kita semua sih. Kafia dan Ka Yasser nyuruh kita buat ngeresume 1 buku “Pidana 1” dalam 1 hari dan kemudian dipelajari lalu responsi, ditanya-tanya gitu. Buseeeet. Gue cengo. Ini apaan heheeee. Kok gini. Dan dengan innocent-nya gue tanya ke Kholif, “kok kita ga jadi latihan drama, Lif? Kok malah belajar buku ginian?” demiiiii gue selalu ngakak kalau inget jaman purba dahulu kala itu. Ternyataaaaa, yang namanya Imoot atau Internal Moot Court adalah sebuah kompetisi peradilan semu yang terdiri dari tahap ngeberkas, yaitu di mana kita membuat surat dakwaan, hingga putusan dari sebuah kasus yang dinamakan kasus posisi hingga kemudian menampilkannya dalam praktik sidang semu. Pematerian di awal seperti resume buku Pidana 1 maupun Pidana Lanjut adalah bentuk pemerataan awal sebagai basic untuk membuat berkas. Gue yakin sekarang semua mulut kalian yang lagi baca sedang membentuk huruf o sambil membatin, “ooooo gitu” eekkekeke iya jadi begitu. Kemudian, setelah selesai tahap pemberkasan awal sekitar sebulan penuh, barulah, dimulai yang namanya latihan sidang, mulai dari bagaimana kita membuka sidang, menampilkannya layaknya sidang beneran, dari pembacaan dakwaan hingga putusan oleh majelis hakim. Jadi, itu gaes yang dinamakan Imoot hehe.
Ngetim Imoot hari pertama, gue inget banget, ngetimnya dijadwalkan di U House 2, tapi berhubung udah keburu di-tag sama kelompok lain, akhirnya kita pindah ke ruang tamu di kostan gue. Dan, di hari pertama, bahkan baru sampai, baru ajaaaa, belom ada 5 menit, Mega, Kevin, dan beberapa anak cowo yang masih di luar, kena omel sama bapa tetangga masa gitu, maksudnya tetangga sebelah kostan gue gara-gara katanya suara kendaraan kita berisik. Buseeet itu orang sentimennya ngalah-ngalahin riweuhnya ibu ibu kompangan. Padahal kita ga berisik dah sumpeh, cuma dia aja yang kaga seneng huhu. Ga sekali gaes, di hari ke-3 dan ke-4 kan masih ngetim di kostan gue, well kita kena omel lagi juga, gegara ngetim sampai jam 11 malam. Padahal kita ga ribut-ribut amat, malah anteng soalnya lagi responsi. Kena omel lagi dah kita. Padahal sebenernya kita udah minta maaf dan mau nunjukkin surat izin latihan, tapi dianya aja yang recet. Bener-bener definisi “tetangga masa gitu” dunia nyata banget! Ini foto hari pertama ngetim wkwk.
Minggu-minggu selanjutnya kita mulai hectic ngeberkas dan ngetimnya pun nomaden. Kadang di Rusunawa, kadang di kampus, kadang di U House 2, di mana-mana hatiku senang. Bahkan kita pernah ide buat ngetim di Susan Spa and Resort, dan akhirnya terwujud wkwkw (we went there, 5 0f us tapi ga ngeberkas, malah makan haha). And btw, di Rusunawa kalau ngetim juga ada batas waktunya kan, jadi kadang kita lanjut ngeberkas di kostan masing-masing atau lanjut di tempat lain. Ga kebayang dah. Dulu kaga terasa banget. Balik ngetim jam 11-an malem, terus bersih-bersih bentar, terus buat tugas kuliah kalau ada, terus tidur, terus besok balik kuliah, ngetim lagi. Tapi satu hal yang sebenernya gue bingungin, selama ngetim Imoot, gue bener-bener suka. I meant, I’m enjoying every little things dan segala proses yang ada di dalamnya. Dan orang-orangnya. Satu hal lagi sih yang gue bersyukur banget-bangetan. Kelompok kita itu apapun gimanapun ups downs mood anak-anaknya, kita tetep utuh dari awal ngetim sampai selesai ngetim. Berenam belas. Ga pernah ada yang keluar tim. Sedang kelompok lain, malah ada yang kurang anak timnya, terus ada yang keluar masuk tim juga. LOOK! I am so proud with my team! ekekeke.
Pernah juga, pas lagi pembuktian akhir saat ngeberkas, Aposteriori (minus gue, karena gue lagi di Jakarta ikutan seminar lucu dan gue sampai sekarang masih merasa rugi karena gaikutan permberkasan akhir HUAAA) nginap di rumah Agung. Dari serpihan cerita yang gue terima, they had some fun di Rumah Agung. Ga tidur semalaman buat pembuktian panjang itu masuk kategori some fun buat kita wkwkw. Terus, katanya, di sana mereka juga ngasi surprise buat Kafia dan Maria yang ulangtahun pas tengah malem dengan berencana madamin lampu di ruang tamu, etapi malah padam seluruh bagian rumah Agung. Kocik ga siiiih dan gue sedih gabisa ikutaaaaaaaaaaaaan. Mau ngetim lagi mau ngetim Imoot lagiiiii!
Sampai sekarang, gue kadang suka iseng mikir, ga kebayang hidup gue kalau ga ikutan Imoot ini am truly blessed to have them in my life. Dan kadang suka kangen, and miss them af dan suka kesel sendiri sama waktu yang berlalu cepat. The heck what is that really 2 years ago? It feels like it was yesterday.
Dan my favorite part adalah saat selesai ngeberkas yang melelahkan dan tebal itu, kita samasekali ga nyangka, ternyata Ka Fia dan Ka Yasser nyiapin surprise buat kita, anak-anak timnya. Gue inget banget, selesai ngeberkas, Ka Fia dan Ka Yasser dengan galaknya nyuruh kita langsung latihan sidang. Kita yang masih cengo dan gatau apa-apa hanya nurut dan mulai motong berkas, lalu mereka berdua ninggalin kita di tengah-tengah latihan. Dan pas balik-balik, bawa 1 baskom besar es krim dan kebayang dong, gimana kagetnya. Tania aja sampai nangis terharu wekekeke. Ternyata, udah jadi tradisi dalam latihan moot court di Pseudorechtspraak, setiap selesai ngeberkas, pasti ada yang namanya “Ice Cream Time” dilanjut dengan Karaokean kemudian makan di Kucingan Pak Gik yang terkenal yang cuma buka jam 12 malam itu. It was a great nite I couldn’t ask for more with my great family. Kalau bisa diulang, gue mau dah, mau banget untuk ngulang ngetim imoot 2014 pas jaman maba dulu. Kangen ngetim sama mereka. Kangen ngeberkas sampai malam, kangen latihan sidang, kangen semua-semuanyaaaaa wkwkwk.
Btw, selain Imoot, jadi, gue, Maria, dan Lenni kebetulan kerajinan banget (ps: mereka berdua sih yang rajin, gue mah kaga wkwkw) sampai juga ikut lomba Debat Internal DLF 2014 di saat yang bersamaan dengan lomba Imoot. Kebayang ga sih, latihan imoot yang ga bisa diganggu harus dibagi dengan waktu latihan debat. Alhasil, kita cuma bisa latihan ngetim debat internal tiap hari Sabtu dan Minggu pagi dengan durasi sekitar 2 jam paling lama. Gils! Gue ga ngerti lagi kenapa kita dulu bisa ikut 2 lomba sekaligus. The day was there! Saat yang ditunggu tiba. Seminggu sebelum lomba Imoot, kita harus lomba debat. Di malam harinya, sehari sebelum lomba debat, kita minta izin ke anak-anak tim imoot kalau kita gabisa ikut latihan imoot pada malam itu karena harus menyiapkan diri untuk lomba debat internal keesokan harinya. Gileeee, kita hampir ga dapat izin dari anak-anak. Walaupun pada akhirnya diizinin dengan berat hati. Wwkwkwkw. Belum selesai sampai di sana. Tapi gue cepetin aja langsung ke intinya, mulailah kita lomba debat. Dimulai dari tahap penyisihan, semifinal, kemudian pengumuman yang menentukan apakah kita maju ke final atau engga.
Gue samasekali ga berharap banyak. Terbersit pun engga. Dan, jeng jeng jeng, itu beneran gasih, masa iya kita masuk final? Gue antara seneng dan ga percaya. Gimana ya, kebayang banget kan muka gue gimana saat itu? Ekspresi muka maba yang seneng aja pokoknya, lomba-lomba kayak gitu. Wah, langsung dah, kita gas, persiapan buat final keesokan harinya daaaaaan, kita ternyata apa saudara-saudara? Menyiapkan diri buat final? SALAAAAAH. Hahahaha! Kita malah ketiduran!!!! Kita samasekali ga nyiapin mosi buat final. Kita bertiga ketiduran di kamar gue dan baru kebangun jam 4 pagi dan kita langsung ngebut cari materi persiapan buat final jam 8 pagi. Gue ga ngerti kita kenapa bisa kayak gitu.
Tapi, yang sampai sekarang gue masih ga paham, kita santai banget dan tetap woles cobaaaaaaaa. Bayanginnn. Jam 8 pun tiba. Kita berhadapan dengan tim lawan yang kayaknya siap dan mateng banget. Ya Tuhaaaan. Kita cuma berdoa dan nyengir. Bayangin. Nyengir! Terlalu dibawa santai ya jadi gini. wkwkwkwkw. Intinya, kita menyelesaikan debat final. Pas pengumuman, alhamdulillaaaaaaah! Juara? IYAAAAA. Haha. Juara 1? ENGGAAAAAA wkwkwk. Juara 2 tapi kita udah seneng bangeeeeet! Dapet piala, dapet uang tunai, dapet sertifikat, sumpah kita seneng banget. Piala pertama di FH selama 3 bulan pertama menjadi maba wkwkwkw. Akhirnya, sebelum balik untuk ngetim latihan Imoot, kita beli 2 lusin donut J.Co untuk dibawa ke tim sekalian syukuran. Dan pas kita ngetim Imoot, yang lain pada seneng banget lihat piala yang kita bawa. Menjadi semangat baru untuk mereka. Terlebih saat Ka Yasser bilang begini, gue masih inget banget, “Nih, Maria, Lenni, Reta udah bisa dapet piala. Kalian minggu depan juga harus bisa angkat piala kayak mereka,” Mantap emang aiski! Dan dengan kekuatan angin, wkwkwk gading canda, dengan kekuatan ajaib kita selama seminggu terakhir latihan sidang, latihan dengan sungguh-sungguh dan semangat. Yang gue ceritain ini, mungkin hanya sebagian kecil dari kebahagiaan sejati yang gue dapatin di semester pertama menjadi mahasiswa FH Undip yang coba gue rangkai lewat bait tulisan di blog lucu ini. But, if you really want to know, to be honest, I am the happiest person on Earth for having this great super duper great experience.
Back to Imoot, selurus dan semulus itukah perjalanan ngetim imoot kita? Engga :”))))) ada forum kocik gitu, ada slek slek lucu gitu yang kalau di-flashback sekarang, respon kita pasti cuma ketawa-ketawa dan bahkan kita gatau kenapa dulu bisa berantem kocik kayak gitu. Intinya setelah forum, kita bener-bener plong kayak mulai dari awal lagi. We were so innocent and selfish and annoying and stubborn that time. Tapi dari situ setelah hari itu, baru dah kayak ga ada sekat lagi yang membatasi kita dan kita jadi diri kita yang sebenernya. I love them to the moon and Mars and back. Kocak dah pokoknya. Kooocak. It was a little bit about forum gaes wkwkw. Gue juga masih inget sampai sekarang, satu hal yang paling membekas dan berarti banget buat gue wkwkw, saat partner PH gue, Tondy, kasi cokelat, after forum. He is soooooo kind and gentle!<3
H-1 sidang penyisihan, malam harinya kita masih latihan di kampus sampai malam. Sidang baru dimulai. Belum lama. Paling-paling baru pembacaan keberatan oleh Penasihat Hukum. Fara, panitera kita, tetiba keliatan engap-engapan narik napas di sudut persis sebelah hakim anggota 1. Kita rada panik. Gue sih yang pertama kali liat mukanya yang bener-bener kayak gakuat lagi mau napas ampe tarik napas aja susah gitu. Dan benar saja, selang beberapa detik kemudian, Fara langsung ambruk ke lantai dan kita langsung panik. Sidang bubar dan hujanpun turun dengan derasnya (pas banget emang langit Semarang mendukung suasana scene Fara pingsan, untung kaga ada petir yang menyala-nyala). Fara kemudian dipapah untuk dibawa ke klinik terdekat. Ka Yasser dan Kafia turut mengantarkan Fara. Lalu Ka Yasser memerintahkan sisanya untuk kembali ke kostan masing-masing dan istirahat. The point is kita ga pernah menyelesaikan latihan sidang terakhir kita malam itu hingga benar-benar selesai, karena Fara collapse ekeke. Gue, Martin dan Agung bertiga di malam itu ngumpul di kostan gue, kita makan bakmi goreng super pedes dan ngelanggar pantangan makanan yang padahal udah disepakati demi menjaga suara sebelum sidang (kita makannya diem-diem supaya ga ketahuan. Ups. I’m telling you now wkwkw). Enak ndes bakminya. Btw, talking about Fara, gatau kenapa selalu ada yang lucu aja. Pernah juga suatu ketika, entah di malam ke berapa latihan sidang, Fara di tengah tengah persidangan sedang berlangsung, di tengah pembuktian lebih tepatnya, teriak kencang banget. “INNALILLAHI. INNALILLAHI!” Sontak kita semua langsung kaaaaget! “Fara kenapa? Fara kenapa?” kita semua langsung tertuju pada Fara. Terus Fara dengan suara sengaunya itu menjawab, “Aku dipipisin kelelawaaaaaaar” dan kita semua langsung ketawa keras banget ampe menggelegar sampai cape ketawa. And yes HAHAHAHA tepat di atas Fara, ada kelelawar yang ngejugruk santai di loteng kantin FH.
Hari yang dinanti tiba. Yaa ampun demi apa, kita akhirnya sidang. Sidaaaaaang! Btw, penentuan juara di lomba Imoot ini akumulasi dari nilai berkas yang udah kita buat dan nilai sidang yang ditampilkan. Sidang. Ntah kita yang memang sudang nothing to lose sejak awal, tapi gue merasa, sidang yang ditampilkan pas hari H adalah sidang kita yang paling bagus dari latihan sebelumnya. Bahkan saat latihan gue ga pernah merasa sebagus dan serapi itu sidangnya. The power of Hari H banget kan wkwkwkw. Thank the Universe.
Tapi, sadly, kita gabisa dapat nilai 100 untuk ketepatan waktu sidang. Kenapa? Karena, waktu sidang kita kurang dari 83 menit. Sehingga nilai ketepatan waktu sidang kita hanya 75 poin. Dan inilah penyebab gue nangis setelah selesai sidang. Di saat yang lain bilang “gapapa, Ret,” dan tetap optimis, gue masih ga bisa berhenti nangis. Sedih aja rasanya gabisa dapet poin 100 untuk ketepatan waktu sidang. Dan ini yang gue kesel adalah, pengumuman masuk final atau engga itu baru diumumin setelah selesai Technical Meeting jam 11-12 malam. Dan setelah sidang, kita makan bareng, mencoba pasrah apapun hasilnya, kita yakin sudah menampilan yang terbaik.
Sambil nunggu jam 11 malam, kita berkumpul di kantin kampus. 1 hal yang gue pelajari dari Kafia dan Ka Yasser adalah mereka bimpok yang paling optimis sepanjang sejarah, yang selalu punya semangat positif. Bayangin, belum pengumuman masuk final atau engga, kita udah disuruh bawa laptop buat nyiapin presentasi untuk final sekalian latihan presentasi. They said, “kalian harus optimis, selangkah lebih maju. Ayo siapin presentasinya. Mau final kan?” Ah, yes! I love the way they spread “the spirit to win”. Dare to win.
Jam 11 malam pun tiba. Adry dan Mega yang ikut Technical Meeting, dateng dengan muka yang rgh annoying. You know, muka sedih yang gitu, muka lesu kayak ga masuk final. Dan feeling gue juga ga ketebak sih. “Udah, tutup aja laptopnya.” kata Adry. Gue bingung sih ya, antara lemes dan kesel juga. “Kita masuk final, kan?” tanya Tania memastikan. “Enggak,” jawab Mega. “Enggak salah lagi,” sambungnya cepat sembari menyunggingkan senyum tengilnya. Aaaaaaak! Seriously af? Kita kemudian langsung nyiapin buat presentasi untuk final. Sekitar jam 1 dini hari, kita istirahat. Besok paginya, eng ing eng. Kafia ngurusin kita-kita yang cewe. Yang cowo ngurusin diri sendiri dulu hehe. Tumben-tumbennya Kafia pokoknya nyuruh kita pakai pakaian yang rapi dan mesti dandan. It’s like, you know, gurls in Aposteriori (Ha, I haven’t said ya, our team name is Aposteriori) are kind of an extraordinary girls, simple, and so simple. Kebayang kan waktu Kafia maksa Lenni, Maria, Juita buat nge-curly rambutnya, atau saat maksa Maria yang gasuka dandan, pakai bedak, hehehe. Dan gue resenya bertanya, “kok kita dandan sih bunski? kalau nanti kelompok lain biasa aja gimana? kita heboh sendiri,” dan Kafia dengan sabarnya, “Looooh ini final loh. Gapapa. Fokus ke kelompok kita aja, ” kira-kira seperti itu kata Kafia 2 tahun lalu.
Final moot 2014 adalah presentasi, seputar materi, seputar kasusnya, dan seputar Tanjung Priok serta sekitarnya. HEHE gading canda. (I know I am crunchy af). Intinya ga berasa dah. Kelar presentasi, adalah waktu makan siang. Dan kita makan dengan lahapnya, kayak ngga ada beban. Ya secara harfiah memang ga ada beban lagi sih, cuma tinggal nunggu hasilnya. Dan ada lagi nih, tentang Fara wkwkwkw (sorry Far) hahaha. Jadi, saat presentasi sedang berlangsung, Fara tetiba lagi dan lagi kaga bisa napas, sesak, pusing, puyeng, migrain, terhuyung-huyung, kepala berputar, berpusing-pusing, Gubernuran berasa mau runtuh dan sederet lainnya wkwkw gils kita langsung panik lagi. Sampai-sampai panitia langsung panik beli oksigen di luar komplek Gubernuran. Dan kemudian setelah didapat, Fara sedikit membaik dengan oksigen dan teh yang dikasi. WKWKwk.
But overall, I have to admit this, kalau rangkaian acara Imoot 2014 itu SERU. S-E-R-U. Penampilan hiburannya keren, dan remember “Ojek Payung Merah” anyone? Yang ada di Gubernuran pasti tahu. Dan juga, sebelum pengumuman, setiap tim diwajibkan menampilkan 1 penampilan. Apa aja. Bebas. Dan kelompok kita langsung grasa-grusu mengidekan konsep penampilan buat di depan. Nyanyi? Suara kita ga bagus. Nanti semuanya pada pulang. Nari? Kita bukan anak tari. Main alat musik? Apa lagi, nanti senarnya putus, tuts keyboard-nya lepas. Dan akhirnya, Tania, orang paling ide, menirukan persis pidato pelantikan presiden Obama, dan kita yang lainnya duduk memerhatikan, kemudian setelah selesai Tania menirukan pidato Obama, kita nyanyi. Gue lupa nyanyi apaaaa, tapi suara kita seketika menjadi satu kesatuan harmoni yang menentramkan (baca: memekakkan) telinga.
Ga berasa, udah hampir jam lima sore. Penampilan terakhir sebelum pengumuman pemenang dan penghargaan terbaik dibacakan. Mulai dari penghargaan Majelis Hakim Terbaik, Penuntut Umum Terbaik, Penasihat Hukum Terbaik, Berkas Terbaik, dan Penampilan Terbaik. Kita ga berharap banyak bahkan kita terkesan bener-bener nothing to lose. Itu keadaan yang ga bisa gue deskripsiin tapi intinya itu adalah saat di mana kita berada pada titik pasrah berharap saat kita yakin sudah menampilkan dan memberikan yang terbaik selama hampir 2 bulan ngetim. Dan alhamdulillah, hehe kita meraih penghargaan “Majelis Hakim Terbaik” serta “Penuntut Umum Terbaik”. Sadly not for “Penasihat Hukum Terbaik” dan “Berkas Terbaik” BUT WE THANK GOD THO heheeee. Menyenangkan. That’s it! And to be honest, setelah itu gue sih lebih kayak “Yaaay! We’re the champion!” even saat itu belum pengumuman. Tapi kita udah sangat bersyukur untuk penghargaan yang diraih itu. Dan saat yang dinantikan pun tiba. Apa yang biasa aja coba? Kita bener-bener ga ada yang sadar satupun. Pengumuman juara 1 itu udah diumumin sepersekian detik yang lalu dan kita ngga ada yang sadar kalau MC nya tereak, “APOSTERIORI” saat ngumumin juara 1 sampai Ka Yasser orang yang pertama sadar, dan teriak dan loncat kesenengan baru kita semua sadar. Yaaay! Kita juara 1 wkwkw. Ga terduga banget sumfaaaaah.
Langsung deh, di situ gue cukup terharu. Sangat terharu malah. Titel juara itu bagai penawar lelah kita selama hampir 2 bulan ngetim, pulang malam, ngerjain berkas, latihan sidang puluhan kali, dan well, thank, God! Hehe. Kita merayakan dengan euforia secukupnya wkwkwkw berhubung udah hampir jam 6 dan kita harus meninggalkan Gubernuran. Setelahnya, selepas sholat Maghrib, we had dinner at Warung Penyet Masboy Pleburan dan setelahnya apa coba, guess what, kita langsung foto studio di Jonas Photo. Ohhhh baru dah kita semua ngerti kenapa Kafia nyuruh dandan nyuruh rapi supaya kalau kalau kita menang, bisa ready to take some photos hehe. Mumpung masih lengkap dan belum sibuk sama kegiatan lainnya juga. Jadi dah, kita foto studio.
Ohiyaaaa!!! Ada satu lagi yang ketinggalan. Beberapa bulan setelah Imoot, tepatnya di awal 2015, gue lagi duduk duduk lucu sama beberapa senior Pseudo. Kita lagi flashback bicarain rangkaian Imoot 2014 sampai salah satu di antara mereka cerita, gue lupa, kalau ga salah Ka Roy Oscar sama siapa gitu, nyeletuk, “WAH IYAAAA! Inget kaga sih lu pada, dulu gue sampai lari kocar kacir buat nyari oksigen. Tinggal nyebrang doang. Kaga bisa, mesti muterin lampu merah yang panjang naujubile. Bener-bener dah tuh yang engap-engapan butuh oksigen buat kerjaan gue,” WKWKWKKW dan dengan berseru riang, “Itu FARAAAAA!” dan kita semua langsung ketawa ngakak lagi wkwkwkwkkwkwkw.
What’s the point? I am feeling grateful to have them, to work with them, to share laugh, food, day to day in the last 2 months with them. And now longin for them so badly. I wish I could turn back the time to 2 years ago. Longin for 2014 tho. Dan lihatlah sekarang setelah 2 tahun Imoot, growing up happens. I’ve found that growing up can mean a lot of things. Dan I do really have to admit this one, kalau gue sangat-sangat bangga dengan apa yang masing-masing kita capai saat ini. Semua anggota Aposteriori yang menurut gue really being “somebody”. We are doing a lot of great things di berbagai UPK masing-masing, di BEM, di Senat, di kompetisi lainnya dan di berbagai kepanitiaan di FH bahkan luar FH. Kalau sekarang ketemu memang harus atur waktu dikarenakan kesibukan masing-masing, tapi sekalinya ketemu bener-bener definisi “quality time” banget dan kita pasti cerita satu sama lain saling dengerin cerita tentang apa aja yang kita buat, kesibukan masing-masing, curhat, minta solusi. Pokoknya bener-bener “quality time” dan itu ga kenal jam. Kadang di kampus, kadang tengah malam, di mana aja tiap ada kesempatan. Tuh kan sedih gue ngetiknya. Kangen. Seneng. Terharu. Dan yang bisa gue ucapin sekarang adalah, “terimakasih Ya Tuhan, kau beri aku keluarga kecil ini, pengalaman ini, pengetahuan ini, dan pendewasaan ini,”. I am so glad God put them in my life. So lucky and blessed to have such amazing people like them in my life. IMOOT 2014 and yes Internal Debate such a great experience fo me.
Berikut di bawah ini ada sedikit kepingan kenangan terindah (bukan lagu Samson) yang mungkin bisa menjelaskan seperti apa species Aposteriori itu. PS: screen hitam yang terdapat di video adalah bentuk black screen akibat chaos pengeditan di tengah malam. Kesalahan bukan terletak pada layar kaca pembaca.
Happy watching!
Live as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever. -Mahatma Gandhi
Best Regards,
Reta Riayu Putri.